aku tak pernah bosan mengagumimu dalam diam
menatapmu dalam-dalam
memperhatikanmu dalam persembunyian
menyebutmu dalam do'a untuk yang kesekian
kamu terlihat begitu tampan
ketika basuhan air wudhu kau biarkan menetes di wajahmu perlahan
begitu menyejukkan
ketika ayat-ayat Al-Qur'an kau lantunkan
hatiku selalu bergetar
ketika mengingat tasbih yang mengait di tangan mu
dan air mata ku selalu jadi saksi tegar
ketika ku jamah rosario yang mengait di leher ku
aku terlalu takut
atas cercaan mereka yang hanya bisa memaki
pada mereka yang berlaku sebagai perenggut
kesatuan dua makhluk Tuhan yang saling mencintai
aku ini hanya mencintai mu
bukanlah membunuhmu
yang harus di hakimi
oleh mereka yang tak pernah mau mengerti
tugas cinta adalah menyatukan
apakah tugas mereka hanyalah memisahkan ?
aku tak pernah tahu apakah ini dosa, jika aku memperjuangkan cinta ?
dan haruskah ku sampaikan kepada pastur, ketika hari pengakuan dosa ?
akupun tak pernah tahu
kenapa kamu tak pernah mau maju bersama ku
bahkan untuk sekedar menengok cintaku
untuk sekedar mendengar kerinduanku
mungkin hatimu telah rapuh
atau mungkin hati mu tak pernah mau menyakitiku
atas sakit yang mereka basuh
atas luka yang tak pernah mau kau tuju
tak mungkinkah jika kita bersatu ?
bahkan dengan kekuatan cinta yang kita punya ?
terlalu kuatkah norma yang mereka sebut sebagai penyatu ?
yang nyatanya hanya berlaku sebagai pelukis luka di atas cinta
meski kitab yang kau baca dengan yang ku baca berbeda
meski kamu bertemu Tuhan di masjid sedangkan aku di gereja
aku hanya ingin memperjuangkan cinta
bukan mencerca dan menghina seperti mulut mereka
biarkan Tuhan nanti yang berbicara
biarkan Tuhan yang bercerita
betapa bahagianya kita
ketika mencintai meskipun dalam luka
menatapmu dalam-dalam
memperhatikanmu dalam persembunyian
menyebutmu dalam do'a untuk yang kesekian
kamu terlihat begitu tampan
ketika basuhan air wudhu kau biarkan menetes di wajahmu perlahan
begitu menyejukkan
ketika ayat-ayat Al-Qur'an kau lantunkan
hatiku selalu bergetar
ketika mengingat tasbih yang mengait di tangan mu
dan air mata ku selalu jadi saksi tegar
ketika ku jamah rosario yang mengait di leher ku
aku terlalu takut
atas cercaan mereka yang hanya bisa memaki
pada mereka yang berlaku sebagai perenggut
kesatuan dua makhluk Tuhan yang saling mencintai
aku ini hanya mencintai mu
bukanlah membunuhmu
yang harus di hakimi
oleh mereka yang tak pernah mau mengerti
tugas cinta adalah menyatukan
apakah tugas mereka hanyalah memisahkan ?
aku tak pernah tahu apakah ini dosa, jika aku memperjuangkan cinta ?
dan haruskah ku sampaikan kepada pastur, ketika hari pengakuan dosa ?
akupun tak pernah tahu
kenapa kamu tak pernah mau maju bersama ku
bahkan untuk sekedar menengok cintaku
untuk sekedar mendengar kerinduanku
mungkin hatimu telah rapuh
atau mungkin hati mu tak pernah mau menyakitiku
atas sakit yang mereka basuh
atas luka yang tak pernah mau kau tuju
tak mungkinkah jika kita bersatu ?
bahkan dengan kekuatan cinta yang kita punya ?
terlalu kuatkah norma yang mereka sebut sebagai penyatu ?
yang nyatanya hanya berlaku sebagai pelukis luka di atas cinta
meski kitab yang kau baca dengan yang ku baca berbeda
meski kamu bertemu Tuhan di masjid sedangkan aku di gereja
aku hanya ingin memperjuangkan cinta
bukan mencerca dan menghina seperti mulut mereka
biarkan Tuhan nanti yang berbicara
biarkan Tuhan yang bercerita
betapa bahagianya kita
ketika mencintai meskipun dalam luka
0 komentar
Post a Comment