Friday, January 10, 2014

TAK JODOH :')

Aku tak pernah mengetahui tepatnya, kapan kamu menjadi penyebab ku tersenyum simpul ketika bayangan mu tak tau diri, melayang-layang di fikiran ku tanpa mengenal gravitasi. Waktu hanya memenuhi kewajibannya, bergulir. Tanpa mau menunggu orang-orang yang hanya mau tertinggal olehnya. Aku dan kamu saja yang selalu beranggapan bahwa waktu begitu iri atas kebersamaan kita. Kebersamaan yang sederhana, yang tak mengenal kesia-siaan waktu. Kebersamaan yang tak pamer kemesraan di muka umum ,seperti mereka yang bodoh. Bodoh dalam memaknai kebersamaan. Bodoh memaknai apa itu yang di sebut dengan Cinta.

Kamu mengajari ku tentang imajinasi, pertemuan tanpa tatapan. Kebersamaan dalam jarak. Melenggangkan sukma ku menjauh dari tubuh ku untuk menemui sukma mu dalam penyatuan. Bukit bintang khayalan ,sang penyimpan beribu kenangan. Keistimewaan waktu yang hanya memiliki senja dan malam tanpa ada pagi ataupun siang. Kamu mencintai aku dengan cara yang sempurna, hingga kita tak pernah menyentuh kesedihan meski dalam kepedihan. Kita cukup bahagia, bahkan sangat bahagia. Hanya dengan cinta yang kita yang sederhana namun dengan cara yang sempurna.

Kebahagiaan itu ada karena kita yang ciptakan, bukan mereka. Aku tak pernah perduli dengan omong kosong mereka. Yang hanya bisa mencerca semena-mena.Memojokkan segala kebahagiaan dengan norma-norma yang mereka koar-koarkan atas nama penyatuan. Aku hanya tertawa simpul. Penyatuan ?? menyatukan dua anak manusia yang saling mencintai ? Bukankah mereka hanya berperan sebagai pemisah ? Dimana letak penyatuan itu ? Letak kebaikan dari segala cercaan dan hinaan yang mereka kumandangkan .

Mencintai bukanlah suatu dosa. Karena kami bukan saudara sekandung, kami bukan satu keluarga, kami bukan berpoliandri atau berpoligami lebih dari empat, ataupun merebut suami atau istri orang lain. Kami hanyalah laki-laki dan wanita berumur 26 tahun dan 22 tahun yang sama-sama merasakan kebahagiaan pertama kalinya memiliki pasangan. Yang kami inginkan hanya penyatuan. Menyatukan cinta yang nantinya melahirkan keajaiban anak-anak yang kami harap dapat berguna bagi sesama.

Sekuat tenaga aku dan kamu mencoba berjalan di atas bara yang menyala. Tergores, luka, berdarah, tak lagi kita rasa. Kebahagiaan yang menutup segala luka yang kita punya. Tuhan ... kami hanya ingin bersatu. Tak bolehkah ? kami mohon agar Engkau meluluhkan kerasnya pendirian orang tua kami. Karena kami yakin, hati manusia tak ada yang mampu bertahan membatu ketika air terus menetesinya. Kami saling, Tuhan . Saling dalam segala hal.

Aku hampir menerima bujukanmu untuk melarikan diri dari masalah yang terpampang menghadang kita. Hanya ada gejolak ,haruskah aku memenangkan ego ku demi kebahagiaan ku sendiri ? Sungguh, aku tak ingin melepaskanmu. Aku pun tak ingin melukai hati orang tuaku. Yang dengan payah sedari pertama kalinya ku dapat menghirup oksigen di bumi, hingga kini. Membesarkanku dengan segala daya yang mereka punya. Harus terluka dengan keputusan ku yang nekat ingin menyatu dengan mu. Menerjang perbedaan yang tak banyak orang lain mampu menerjang.

Waktu menuntun ku pada titik tertentu, titik dimana ada hal yang lebih berarti dari kebahagiaan ku semata. Aku mengalah, bukan menyerah. Melainkan untuk menang. Memenangkan kebahagiaan orang tuaku, karena aku yakin kebaikan atau keburukan sekecil apapun tak kan luput dari mata Tuhan. Layaknya air ,perasaan kita mungkin mengalir lalu menguap. Hingga titik jenuh antara ada dan tiada.

Hingga satu langkah mu untuk hidup bersama dia, yang tak berbeda dengan mu dalam hal bertemu Tuhan. Aku memaklumi meski sakit tak mau berdamai dengan ketenangan ku. Perasaan ku selalu bergejolak, begitu kuat . Saat aku melihat, sosokmu memakai baju pengantin duduk di pelaminan bersama seseorang yang nyatanya bukan diriku. Bahkan dalam kejapan waktu, khayalan menyihirku melihat aku yang memakai gaun pengantinya duduk di pelaminan bersama kamu. Lebih dari tersenyum. Amat bahagia.

Namun sapaan tamu yang lain menyadarkan ku dari lamunan, membangunkan ku dari kebahagiaan kecil, dan memaksa ku untuk kembali berhadapan dengan kenyataan yang menyedihkan ini. Hei tuan, simpan segala kenangan yang kita miliki. Aku ingin bangkit dari ini, dan aku akan bangkit. Sembari tersenyum ku kuatkan diriku. Akan selalu ku biarkan kata-kata mu menggantung 5cm di depan mataku "BAHAGIA ITU KITA YANG CIPTAKAN, BUKAN MEREKA." Agar tiap langkah kaki ku dapat menguatkan topangan tubuh yang sempat rapuh ini. Agar aku dapat bahagia meski kita tak berjodoh. Karena aku percaya janji Tuhan yang tak akan ingkar, bahwa " Takkan Ada Hal Yang Akan Menjadi Sebuah Kesia-siaan." :)



Terkadang CINTA harus mengalah pada keadaan.
Terkadang KEADAAN lebih penting :')

0 komentar

Post a Comment