Thursday, January 9, 2014

Candu (cinta)


  “Ikhlas tak semudah pengucapan dan penulisannya kan? :) ”

Sayang, pernahkah kamu mendengar desah angin yang menyampaikan ribuan pesan kerinduanku? Pernahkah tiba-tiba matamu memperhatikan embun di pagi hari yang tak rela jatuh dari daun yang amat ia cintai?
Seperti itulah aku mencintaimu.
Aku mencintaimu, layaknya embun pagi yang amat mencintai daun tempatnya bersinggah, hingga kering terbakar mentari pagi. Aku mencintaimu, layaknya senja yang tak pernah ikhlas ditenggelamkan sang malam, karena ingin terus mengukir senyuman indahmu, ingin terus meneduhkanmu. Dan aku mencintaimu, layaknya daun yang amat mencintai sinar mentari. Tak pernah putus memberinya kehidupan.

Tapi aku tak pernah tau definisi cinta yang ada di dalam hatimu. Kamu dengan mudahnya menghilang setelah mencintaiku dengan cara yang sempurna. Setelah kamu berada di tempat terdalam di dalam hatiku. Setelah kamu berada di tempat paling rapi di alam bawah sadarku. Kamu begitu mudah pergi dengan diam beribu bahasa meski aku terus berusaha membuatmu bicara.
Kamu kukuh membeku meski aku terus membakar diriku demi mencairkanmu. Tak perduli panas yang membakar hati dan tubuh, tak perduli luka yang semakin berdarah dan basah memenuhi segala tempat di hatiku. Aku tak pernah ikhlas, tak pernah ikhlas membiarkan kamu kukuh membeku disitu. 

Bencikah? Tak sudikah? Akutkah rasa sakitmu terhadapku?
Ampuni aku .. Aku yang bodoh membuatmu hancur kala itu. Aku yang bodoh percaya dapat membuatmu bahagia jika kamu membenciku. Nyatanya aku tak pernah bisa hidup tanpamu. Aku tak pernah bisa mangkir dari rasa cintaku terhadapmu. Mungkin segala telah usai, segala telah terlambat.
Dan segala membuatku sadar, nyatanya untuk alasan hal inilah dulu begitu sering aku menatap wajahmu berlama-lama ketika ada di dekatku. Yang membuatmu terkadang bertanya “mukaku aneh ya? Kok nge-liatinnya gitu amat sih? Atau ada bekas makanan di bibirku?” Aku hanya selalu tersenyum dan berkata “gak aneh kok, pengen aja :P ”

Kamu tahu kenapa aku sering melihatmu seperti itu? Karna aku tahu, tak ada yang selamanya. Aku hanya ingin, setiap lekuk wajahmu, tak ada yang terlewatkan untuk ku tata rapi di dalam memori ingatanku. Karena aku tahu, siksaan kerinduan itu amat menyakitkan. Kala tubuhmu berada nun jauh disana. Kala berbicara dan sekedar mengirim pesan pun tak bisa. Tak bisa membuatmu lekas berbicara. Membuatku semakin sakit menahan rindu yang menggebu syahdu.

Kamu pergi meninggalkan bekas. Aroma yang tak pernah mau menyingkir dari indera penciumanku. Menyebabkanku terlalu sulit mengikhlaskan kamu yang pernah mencintaiku dengan cara yang sempurna. Membuatku sulit mempercayakan hatiku pada yang lainnya. Tak mudah percaya pada orang lain yang mengejarku tak se-keras kamu mengejarku dulu. Tak mudah percaya pada orang lain yang mencintaiku tak se-sempurna kamu mencintaiku dulu. Aku hanya menamai ruh ku saat ini dengan nama “jiwa pecandu”. Candu (cinta) akut yang butuh rehabilitasi hebat !

0 komentar

Post a Comment