“yu kok lo bolos terus sih, kalo gini terus lo bisa
ketinggalan pelajaran dan lo bisa tinggal kelas” kata ku
“gue tetep belajar kok,gue ke kelas lain, terus belajar
disana” jawab yuri tenang.
“haa ? lo ini gila ya” weni dan lisa memukul sayang pundak
yuri.
“menurut gue, asal niat belajar ya dimana aja bisa belajar,
ga harus di kelas kan hahah” benar-benar aneh, menurut ku yuri berbeda, disaat
orang lain malas-malasan bahkan tak peduli dengan pelajaran dia justru benar-benar
semangat walaupun dengan caranya yang sedikit nyentrik.
“tapi ga gini dong,gini deh kita taruhan.. kalo peringkat lo
lebih baik dari gue, gue bakal lakuin apa aja buat lo, tapi kalo gue lebih baik
dari lo,lo juga harus lakuin apa aja buat gue” aku melihat yuri menganggukkan
kepala tanda setuju.
*******
“iya,
gila ya dia itu bener-bener semau-mau, kalo itu nyenengin buat dia ya di
lakuin, sampe-sampe hampir tiap hari dia keluar kelas mulu gara-gara di usir
guru hahaha” dion tertawa. “gue penasaran,dia sekarang gimana ya ?”tanya weni.
Aku hanya terdiam,aku pun juga memiliki pertanyaan yang sama, kalau hari ini
dia datang,apapun yang terjadi aku akan mengungkapkannya,meskipun dia sudah
memiliki pendamping. Setidaknya aku sudah mengungkapkannya. Aku tidak ingin
menjadi seorang pengecut seperti dulu yang akhirnya juga sangat menyakitkan
hatiku, aku tak ingin terlambat seperti dulu.
Aku
hanya tersenyum mengingat masa-masa SMA ku dulu, masa-masa SMA memang
benar-benar tak terlupakan, masa-masa paling indah di hidupku. Masa-masa dimana
aku mulai merasakan cinta dan mulai mengerti apa itu cinta.....
********
Ujian
smester akan di mulai,aku benar-benar mempersiapkan dengan matang.
“minggu
depan ujian akan berlangsung. Siapkan diri kalian matang-matang. Walaupun ini
baru smester awal,tetapi jika ada murid yang memiliki 3 nilai di bawah
rata-rata maka akan di keluarkan dari sekolah ini” pak duri menjelaskan di
akhir materi, aku melihat ke arah yuri,dia tampak santai seperti biasanya. Aku
bingung apa sih yang ada di kepala ni cewe, hidup seperti tak punya beban sama
sekali.
“yur,lo
siap ujian besok ?” tanya ku.
“selalu”
dia tersenyum dan pergi menghampiri weni dan lisa. Aku bingung, dia tidak
pernah ada di kelas, tapi bagaimana dia bisa setenang ini ? mulai saat itu aku
belajar lebih giat lagi, aku tak ingin kalah dari nya.
Hari
ini aku, dino, weni, dan lisa di panggil pak duri ke kantornya. “maaf pak, ada
apa ?” tanya dino mewakili kami semua. “oh silahkan duduk,ada beberapa hal yang
ingin saya sampaikan. Saya tahu kalian adalah anak-anak pintar dan saya tak
ingin kalian salah bergaul sehingga menyebabkan nilai kalian turun atau bahkan
di keluarkan dari sekolah ini karena nilai kalian yang buruk.” Kalimat pak duri
membingungkan kami semua ‘apa sih maksudnya’ pikirku. “maaf pak, bisa di
perjelas lagi ?” tanya dino.
Pak
duri menggelar sebuah kertas kosong yang cukup besar di hadapan kami.
“perhatikan
baik-baik” kata pak duri, kami semua hanya diam,bingung dengan apa yang pak
duri lakukan. Pak duri kemudian menulis nama-nama kami di sana, dan - nama yuri
juga. “perhatikan, yuri adalah anak seorang konglomerat. Orang tuanya
berpenghasilan 1.000.000.000.000/bln” kami semua kaget, kami tidak menyangka
ternyata yuri kaya raya, api kami lebih bingung lagi apa maksud pak duri
memberitahukan hal itu, bukan kah itu privasi seseorang ? “kemudian jika nol
nya di hilangkan empat, maka akan menjadi penghasilan dari orang tua lisa. Iya
kan lis ?” lisa hanya mengangguk bingung. “kemudian jika nolnya di kurangi satu
lagi maka akan menjadi penghasilan orang tua dino dan vano,bukan begitu ?” aku
dan dino mengangguk tak paham. “dan kemudian jika nolnya di kurangi satu
lagi,maka akan menjadi penghasilan orang tua mu weni,bukankah begitu ?”weni
tampak pucat pasi dan mengangguk.
“lalu
apa maksud bapak ?”tanya ku tidak sabar. “yuri,jika dia gagal dalam ujian nanti
dengan kekayaan orang tuanya kemungkinan besar akan tetap bertahan, tetapi jika
kalian yang gagal ? sudah pasti kalian harus mengemasi barang-barang kalian.
Satu saran saya. Jauhi dia,jauhi dia sebelum kalian menyesal” kata pak duri.
“pak
bukankah seharusnya kami tidak membeda-bedakan teman, seharusnya kami bangga
dengan nya karena dia berteman sama sekali tidak mempedulikan latar belakang
kami”kali ini lisa angkat bicara.
“iya,
tapi dia membawa pengaruh yang buruk, dia bahkan jarang berada di kelas. Apa
kalian mau sepertinya ?” kata pak duri. “aku tak ingin sekamar dengannya !”
tiba-tiba saja weni berdiri. “weni !” kami semua berseru. Aku tak menyangka
weni bisa seperti ini. Weni keluar ruangan sambil menangis. Kami semua langsung
permisi dan menngejarnya.
- To Be Continued-
0 komentar
Post a Comment