Wednesday, May 8, 2013

my teenage love (part4)


“yu kok lo bolos terus sih, kalo gini terus lo bisa ketinggalan pelajaran dan lo bisa tinggal kelas” kata ku
“gue tetep belajar kok,gue ke kelas lain, terus belajar disana” jawab yuri tenang.
“haa ? lo ini gila ya” weni dan lisa memukul sayang pundak yuri.
“menurut gue, asal niat belajar ya dimana aja bisa belajar, ga harus di kelas kan hahah” benar-benar aneh, menurut ku yuri berbeda, disaat orang lain malas-malasan bahkan tak peduli dengan pelajaran dia justru benar-benar semangat walaupun dengan caranya yang sedikit nyentrik.
“tapi ga gini dong,gini deh kita taruhan.. kalo peringkat lo lebih baik dari gue, gue bakal lakuin apa aja buat lo, tapi kalo gue lebih baik dari lo,lo juga harus lakuin apa aja buat gue” aku melihat yuri menganggukkan kepala tanda setuju.
*******
“iya, gila ya dia itu bener-bener semau-mau, kalo itu nyenengin buat dia ya di lakuin, sampe-sampe hampir tiap hari dia keluar kelas mulu gara-gara di usir guru hahaha” dion tertawa. “gue penasaran,dia sekarang gimana ya ?”tanya weni. Aku hanya terdiam,aku pun juga memiliki pertanyaan yang sama, kalau hari ini dia datang,apapun yang terjadi aku akan mengungkapkannya,meskipun dia sudah memiliki pendamping. Setidaknya aku sudah mengungkapkannya. Aku tidak ingin menjadi seorang pengecut seperti dulu yang akhirnya juga sangat menyakitkan hatiku, aku tak ingin terlambat seperti dulu.
Aku hanya tersenyum mengingat masa-masa SMA ku dulu, masa-masa SMA memang benar-benar tak terlupakan, masa-masa paling indah di hidupku. Masa-masa dimana aku mulai merasakan cinta dan mulai mengerti apa itu cinta.....
********
Ujian smester akan di mulai,aku benar-benar mempersiapkan dengan matang.
“minggu depan ujian akan berlangsung. Siapkan diri kalian matang-matang. Walaupun ini baru smester awal,tetapi jika ada murid yang memiliki 3 nilai di bawah rata-rata maka akan di keluarkan dari sekolah ini” pak duri menjelaskan di akhir materi, aku melihat ke arah yuri,dia tampak santai seperti biasanya. Aku bingung apa sih yang ada di kepala ni cewe, hidup seperti tak punya beban sama sekali.
“yur,lo siap ujian besok ?” tanya ku.
“selalu” dia tersenyum dan pergi menghampiri weni dan lisa. Aku bingung, dia tidak pernah ada di kelas, tapi bagaimana dia bisa setenang ini ? mulai saat itu aku belajar lebih giat lagi, aku tak ingin kalah dari nya.
Hari ini aku, dino, weni, dan lisa di panggil pak duri ke kantornya. “maaf pak, ada apa ?” tanya dino mewakili kami semua. “oh silahkan duduk,ada beberapa hal yang ingin saya sampaikan. Saya tahu kalian adalah anak-anak pintar dan saya tak ingin kalian salah bergaul sehingga menyebabkan nilai kalian turun atau bahkan di keluarkan dari sekolah ini karena nilai kalian yang buruk.” Kalimat pak duri membingungkan kami semua ‘apa sih maksudnya’ pikirku. “maaf pak, bisa di perjelas lagi ?” tanya dino.
Pak duri menggelar sebuah kertas kosong yang cukup besar di hadapan kami.
“perhatikan baik-baik” kata pak duri, kami semua hanya diam,bingung dengan apa yang pak duri lakukan. Pak duri kemudian menulis nama-nama kami di sana, dan - nama yuri juga. “perhatikan, yuri adalah anak seorang konglomerat. Orang tuanya berpenghasilan 1.000.000.000.000/bln” kami semua kaget, kami tidak menyangka ternyata yuri kaya raya, api kami lebih bingung lagi apa maksud pak duri memberitahukan hal itu, bukan kah itu privasi seseorang ? “kemudian jika nol nya di hilangkan empat, maka akan menjadi penghasilan dari orang tua lisa. Iya kan lis ?” lisa hanya mengangguk bingung. “kemudian jika nolnya di kurangi satu lagi maka akan menjadi penghasilan orang tua dino dan vano,bukan begitu ?” aku dan dino mengangguk tak paham. “dan kemudian jika nolnya di kurangi satu lagi,maka akan menjadi penghasilan orang tua mu weni,bukankah begitu ?”weni tampak pucat pasi dan mengangguk.
“lalu apa maksud bapak ?”tanya ku tidak sabar. “yuri,jika dia gagal dalam ujian nanti dengan kekayaan orang tuanya kemungkinan besar akan tetap bertahan, tetapi jika kalian yang gagal ? sudah pasti kalian harus mengemasi barang-barang kalian. Satu saran saya. Jauhi dia,jauhi dia sebelum kalian menyesal” kata pak duri.
“pak bukankah seharusnya kami tidak membeda-bedakan teman, seharusnya kami bangga dengan nya karena dia berteman sama sekali tidak mempedulikan latar belakang kami”kali ini lisa angkat bicara.
“iya, tapi dia membawa pengaruh yang buruk, dia bahkan jarang berada di kelas. Apa kalian mau sepertinya ?” kata pak duri. “aku tak ingin sekamar dengannya !” tiba-tiba saja weni berdiri. “weni !” kami semua berseru. Aku tak menyangka weni bisa seperti ini. Weni keluar ruangan sambil menangis. Kami semua langsung permisi dan menngejarnya.

- To Be Continued- 

0 komentar

Post a Comment