Wednesday, May 8, 2013

my teenage love (part1)


Ini adalah reuni pertama kali sekolahku untuk tahun kelulusan kami. Aku tak sabar untuk segera tiba di sekolah , tempat dimana menyimpan sejuta kenangan ku dan menjadi saksi bisu perasaanku pada seseorang disana. Aku ingin bertemu dengannya. Seseorang yang ada di dalam hatiku, dan masih ada di dalam hatiku sampai detik ini. Aku tidak tahu bagaimana dia sekarang, sudah bersuami atau belum aku sungguh tidak tahu. 10 tahun lamanya setelah kami berpisah, aku tidak berjumpa satupun dengan orang-orang disini karena aku melanjutkan study ku ke negeri paman sam sana. Ah berdebar rasanya jantung ini setiap mengingat gadis itu. Gadis manis yang apa adanya, tingkah yang sesuka hatinya membuatku tertawa setiap kali mengingatnya. Tapi gadis ini selalu mengagetkan seluruh penghuni sekolah setiap akhir smester. Aku ingat sekali saat pertama kali bertemu dengannya.............
******
“ada murid baru... ada murid baru.. cewe manis,kabarnya masuk ke kelas kita” seorang temanku berlari masuk ke kelas sambil berteriak-teriak kesetanan. “murid baru di awal smester satu gini ? ngaco lo” kataku sambil membaca-baca buku ku. “gue serius, tadi gue liat dia di kantor pas gue setor tugas. Manis banget tu cewe” katanya, dia adalah dino ketua kelas kami. “masih manis mana sama weni ?” tanya ku, weni yang duduk di belakangku tiba-tiba saja langsung menutupi wajahnya dengan buku, kurasa wajahnya memerah saat ini. Ak tidak berbohong,weni merupakan gadis manis di kelasku, manis wajahnya dan tingkahnya.dia sangat pemalu dan dia pun sangat pintar. Mungkin di smester pertama ini dia masuk peringkat 3 besar umum. “weni ? hmn kalau weni itu cantik, kalau yang ini manis,ngegemesin” jawab dino. “nah itu dia, itu murid barunya” dino berteriak dan langsung membuat seisi kelas mengulurkan kepalanya ke jendela untuk bisa melihat murid baru itu.
“selamat pagi anak-anak.. hari ini kelas kita akan mendapatkan keluarga baru....ah sepertinya kamu perkenalkan dirimu sendiri nak. Silahkan” kata pak adi mempersilahkan murid baru itu memperkenalkan dirinya. “hallo, namaku yurica maurindra, teman-teman lamaku biasa memanggilku yuri, dan kalian bisa panggil apa saja asa.......”
“wah berarti gue bisa panggil lo inem dong” teriakku yang langsung membuat suana kelas pecah dengan gelak tawa. “diam semua diam” setelah semua diam dia melanjutkan. “maaf untuk kamu, kurasa orang tua mu mengajarkan mu sopan santun untuk tidak memotong pembicaraan orang yang sedang berbicarakan ? kalau orang tua mu tidak mengajarkannya aku yakin guru-guru disini pasti mengjarkannya.” Kata yuri tenang.
“hey lo jangan bawa-bawa orang tua gue ya” kata ku berdiri. “ hei hei.. ini kali pertama kalian bertemu sudah bertengkar saja, vano duduk” kata pak adi, aku pun langsung duduk. Gadis ini memang cantik dan manis, tapi setelah ucapannya barusan aku mulai mengecapnya sebagai musuh ku yang no satu karena mempermalukanku. Dan aku tidak pernah melupakan kejadian ini. “yuri, silahkan kamu duduk di sebelah vano” kata pak adi. ‘astaga mimpi apa gue ? gue duduk sama tu cewe ngeselin’ batinku kesal. Yuri berjalan ke bangku ku.. dia langsung duduk tanpa permisi lagi. “eh elo ga sopan banget sih, permisi dulu atau apa gitu” kataku kesal. “ini sekolah punya lo ? ini bangku lo yang beli ?” jawabnya tenang tanpa menoleh ke arahku membuatku makin membencinya. “iya, bokap gue kepala sekolah disini” kata ku ketus. “sorry gue ga peduli” jawabannya barusan membuat ku ingin menjambak rambutnya yang di ikat itu.
“baiklah keluarkan buku cetak matematika kalian” kata pak adi. ‘mampus gue lupa bawa’ batinku, aku berusaha mencari nya di tasku tapi hasilnya nihil. “yang tidak membawa buku cetak silahkan berdiri” tambah pak adi. Saat aku akan berdiri tiba-tiba saja “puk” buku cetak matematika ada di depan mejaku, dan aku melihat yuri berdiri. “kamu tidak membawa buku cetak ?” tanya pak adi. “maaf pak aku tidak tahu jadwalnya, jadi aku membawa semua buku catatanku tanpa membawa buku cetakku” jawabnya tenang. “baiklah, kali ini saya maklumi, lain kali harus di bawa ya, sekarang duduk” kata pak adi, yuri pun langsung duduk kemabali.
“sampai mana pelajarannya kemarin ? oke jadi...............” pak adi pun melanjutkan pelajarannya. “thanks” kataku sambil mengembalikan buku cetaknya. Tapi dia mengacuhkanku dan mengambil bukunya kembali. Sungguh tingkahnya membuatku muak.
Jam pertama berakhir, kami semua segera keluar dan menuju kantin tentu saja. Tapi aku melihat yuri hanya duduk diam di tempatnya, tak ada niat untuk beranjak. Aku maklumi karena ini hari pertamanya dan dia pasti tidak memiliki teman. ‘siapa yang mau berteman dengan gadis sombong sepertinya’ batinku. Akupun melanjutkan perjalananku menuju kantin. Aku mendengar kasak kusuk anak-anak yang sedang membicarakannya. “anak kelas 1 A, kok dia pindah di awal smester gini ya ? kenapa dulu dia ga ikut test disini sekalian” aku mendengar percakapan di meja sebelahku.

-To Be Continued-

0 komentar

Post a Comment