Ini
adalah reuni pertama kali sekolahku untuk tahun kelulusan kami. Aku tak sabar
untuk segera tiba di sekolah , tempat dimana menyimpan sejuta kenangan ku dan
menjadi saksi bisu perasaanku pada seseorang disana. Aku ingin bertemu
dengannya. Seseorang yang ada di dalam hatiku, dan masih ada di dalam hatiku
sampai detik ini. Aku tidak tahu bagaimana dia sekarang, sudah bersuami atau
belum aku sungguh tidak tahu. 10 tahun lamanya setelah kami berpisah, aku tidak
berjumpa satupun dengan orang-orang disini karena aku melanjutkan study ku ke
negeri paman sam sana. Ah berdebar rasanya jantung ini setiap mengingat gadis
itu. Gadis manis yang apa adanya, tingkah yang sesuka hatinya membuatku tertawa
setiap kali mengingatnya. Tapi gadis ini selalu mengagetkan seluruh penghuni
sekolah setiap akhir smester. Aku ingat sekali saat pertama kali bertemu
dengannya.............
******
“ada
murid baru... ada murid baru.. cewe manis,kabarnya masuk ke kelas kita” seorang
temanku berlari masuk ke kelas sambil berteriak-teriak kesetanan. “murid baru
di awal smester satu gini ? ngaco lo” kataku sambil membaca-baca buku ku. “gue
serius, tadi gue liat dia di kantor pas gue setor tugas. Manis banget tu cewe”
katanya, dia adalah dino ketua kelas kami. “masih manis mana sama weni ?” tanya
ku, weni yang duduk di belakangku tiba-tiba saja langsung menutupi wajahnya
dengan buku, kurasa wajahnya memerah saat ini. Ak tidak berbohong,weni
merupakan gadis manis di kelasku, manis wajahnya dan tingkahnya.dia sangat
pemalu dan dia pun sangat pintar. Mungkin di smester pertama ini dia masuk
peringkat 3 besar umum. “weni ? hmn kalau weni itu cantik, kalau yang ini
manis,ngegemesin” jawab dino. “nah itu dia, itu murid barunya” dino berteriak
dan langsung membuat seisi kelas mengulurkan kepalanya ke jendela untuk bisa
melihat murid baru itu.
“selamat
pagi anak-anak.. hari ini kelas kita akan mendapatkan keluarga baru....ah
sepertinya kamu perkenalkan dirimu sendiri nak. Silahkan” kata pak adi
mempersilahkan murid baru itu memperkenalkan dirinya. “hallo, namaku yurica
maurindra, teman-teman lamaku biasa memanggilku yuri, dan kalian bisa panggil
apa saja asa.......”
“wah
berarti gue bisa panggil lo inem dong” teriakku yang langsung membuat suana
kelas pecah dengan gelak tawa. “diam semua diam” setelah semua diam dia
melanjutkan. “maaf untuk kamu, kurasa orang tua mu mengajarkan mu sopan santun
untuk tidak memotong pembicaraan orang yang sedang berbicarakan ? kalau orang
tua mu tidak mengajarkannya aku yakin guru-guru disini pasti mengjarkannya.”
Kata yuri tenang.
“hey
lo jangan bawa-bawa orang tua gue ya” kata ku berdiri. “ hei hei.. ini kali
pertama kalian bertemu sudah bertengkar saja, vano duduk” kata pak adi, aku pun
langsung duduk. Gadis ini memang cantik dan manis, tapi setelah ucapannya barusan
aku mulai mengecapnya sebagai musuh ku yang no satu karena mempermalukanku. Dan
aku tidak pernah melupakan kejadian ini. “yuri, silahkan kamu duduk di sebelah
vano” kata pak adi. ‘astaga mimpi apa gue ? gue duduk sama tu cewe ngeselin’
batinku kesal. Yuri berjalan ke bangku ku.. dia langsung duduk tanpa permisi
lagi. “eh elo ga sopan banget sih, permisi dulu atau apa gitu” kataku kesal.
“ini sekolah punya lo ? ini bangku lo yang beli ?” jawabnya tenang tanpa
menoleh ke arahku membuatku makin membencinya. “iya, bokap gue kepala sekolah
disini” kata ku ketus. “sorry gue ga peduli” jawabannya barusan membuat ku
ingin menjambak rambutnya yang di ikat itu.
“baiklah
keluarkan buku cetak matematika kalian” kata pak adi. ‘mampus gue lupa bawa’
batinku, aku berusaha mencari nya di tasku tapi hasilnya nihil. “yang tidak
membawa buku cetak silahkan berdiri” tambah pak adi. Saat aku akan berdiri
tiba-tiba saja “puk” buku cetak matematika ada di depan mejaku, dan aku melihat
yuri berdiri. “kamu tidak membawa buku cetak ?” tanya pak adi. “maaf pak aku
tidak tahu jadwalnya, jadi aku membawa semua buku catatanku tanpa membawa buku
cetakku” jawabnya tenang. “baiklah, kali ini saya maklumi, lain kali harus di
bawa ya, sekarang duduk” kata pak adi, yuri pun langsung duduk kemabali.
“sampai
mana pelajarannya kemarin ? oke jadi...............” pak adi pun melanjutkan
pelajarannya. “thanks” kataku sambil mengembalikan buku cetaknya. Tapi dia
mengacuhkanku dan mengambil bukunya kembali. Sungguh tingkahnya membuatku muak.
Jam
pertama berakhir, kami semua segera keluar dan menuju kantin tentu saja. Tapi
aku melihat yuri hanya duduk diam di tempatnya, tak ada niat untuk beranjak.
Aku maklumi karena ini hari pertamanya dan dia pasti tidak memiliki teman.
‘siapa yang mau berteman dengan gadis sombong sepertinya’ batinku. Akupun
melanjutkan perjalananku menuju kantin. Aku mendengar kasak kusuk anak-anak
yang sedang membicarakannya. “anak kelas 1 A, kok dia pindah di awal smester
gini ya ? kenapa dulu dia ga ikut test disini sekalian” aku mendengar
percakapan di meja sebelahku.
-To Be Continued-
0 komentar
Post a Comment