Bell
berbunyi menandakan mulainya pelajaran berikutnya. Mereka bertiga bergegas
untuk ke ruang club detective. “eh ngomong-ngomong, ruang club di mana ya ?”
tanya joe kepada ke dua sahabatnya. “aku juga tak tahu mungkin tempat kita
sleksi dulu ?” petter mengingat-ngingat di mana ruangan itu. Mereka pun
berjalan ke ruang aula dan keluar ke pintu utama, berbelok ke arah kanan,
petter merasa dirinya bodoh sekali, bagaimana ia bisa menjadi detective yang
hebat hal sepele pun tak ia fikirkan sama sekali, ia begiu bersemangat untuk
memulai pelajaran di club detective, tetapi ia tak ingin tahu di mana ruangan
nya.
Mereka
mengandalkan ingatan mereka untuk sampai di ruang itu, akirnya mereka sampai di
sebuah ruangan, dimana dulu mereka melakukan test untuk bisa masuk ke club
detective. Ternyata di sana hanya ada bangku-bangku kosong, ah mungkin bukan di
sini. Fikir petter. “kita cari guru saja, atau kalau perlu kita mencari Pak
Oskar dan Pak Thom” saran petter yang langsung di setujui saja oleh ke dua
sahabatnya.
Mereka
sudah memotong waktu belajar mereka selama setengah jam. Mereka mencari-cari
siapapun yang bisa memberi informasi kepada mereka. Tetapi mereka tak menemukan
satu orang pun selama perjalanan. Mereka pun keluar kastil kalau-kalau bisa
bertemu dengan oddi atau pun hugo, pasti mereka mengetahui di mana letak ruang
club detective.
Mereka
mencari-cari tetapi tak berjumpa. “kemana sih hugo dan oddi ? kalau di cari
pada saat penting seperti ini tak pernah muncul, tapi kalau kita sedang
melanggar peraturan, cepat sekali munculnya”keluh joe. Petter dan rey
menghiraukannya.
“oh
iya, kalian ingat tidak dengan rumah yang ada di dekat gudang sepeda ? itu rey,
tempat kamu bersembunyi saat akan mengikuti kami bersepeda ke kota, kau ingat rey
? joe ?” tanya nya.
“ah
iya aku ingat, tempat apa itu ?” tanya rey.
“ntahlah,
tapi mungkin saja itu ruangan yang sedari tadi kita cari. Tak ada salahnya
mencoba ke sana” kata petter, mereka semua berlari ke arah rumah itu, rumah itu
terletak di pinggir danau besar, danau yang mereka lintasi jika hendak keluar
dari kastil dan menuju pemukiman penduduk. Gudang sepeda dekat dengan rumah
itu.
Sampailah
mereka di rumah itu. Rumah itu tertata rapih. Bunga lily putih dan mawar banyak
sekali tumbuh di pekarangan rumah itu, pohon besar tertanam untuk meneduhkan
rumah itu. Rumah itu sederhana tetapi sungguh indah.
“kamu
yakin petter ?” tanya rey.
“tak
begitu, kita ketuk saja, kalau pun bukan kita bisa bertanya ruangan yang benar
di mana” usul petter. Petter pun mengetuk rumah itu. Tak lama kemudian
keluarlah seorang pria yang ternyata adalah Pak Oskar. “ehm, maaf Pak Oskar
mengganggu waktu anda, kita ada pelajaran di club detective, tetapi kami lupa
tak pernah menanyakan di mana ruangan itu” petter berbicara dengan gugup takut
kalau-kalau Pak Oscar akan memarahi mereka.
“silahkan
masuk, anggap rumah sendiri, saya sudah menunggu kalian di sini dari satu jam
yang lalu” kata nya dengan nada yang kecewa. Demi apapun petter merasa lebih
baik ia di marahi habis-habisan dari pada harus mendengar nada kekecewaan yang
lembut dari orang ini. Mereka masih diam di luar tak bergerak untuk masuk
sekali pun “maaf sekali, kami tak tahu di mana ruangan itu” hanya petter yang
masih sanggup bersuara.
“kenapa
kalian bisa sampai sini kalau kalan tak tahu markas kita ?” Pak Oskar mengubah
kalimat ruang detective menjadi markas. “ah ? kami tak sengaja, apa kah ini
markas kita ?” tanya petter. “ia ini lah markas kita. Mari masuk” Pak Oskar
menyuruh mereka semua masuk.
Mereka
bertiga begitu terkesan dengan ruangan ini, tak hanya dari luar saja unik nya,
ternyata sudah sampai dalam pun masih unik. Ruangan itu benar-benar seperi markas,
dindingnya di penuhi rak buku dengan buku-buku nya yang tebal-tebal sekali.di
tengah ruangan terdapat meja yang panjang dan di sekelilingnya terdapat empat
kursi. Di bagian pojok terdapat meja dan kursi yang seperti nya itu adalah
tempat untuk pak oskar atau pak tom bekerja.
Mereka
berkeliling ruangan itu. sampai di lantai dua, ternyata sebelah sisi nya memang
berdindinng kaca yang bisa melihat ke taman sekolah. tak hanya dindingnya, atap
nya total terbuat dari kaca yang tebal. tetapi ruangan itu tak panas sama
sekali, mungkin karena rimbun dengan pepohonan sekitar, ruangan ini cocok
sekali untuk pelajaran astronomi walaupun sekolah sudah memiliki menara
astronomi sendiri.
Di
lantai dua ini bernuansa putih, berbeda sekali dengan di lantai satu, semua nya
serba coklat tua. Di sini terdapat sofa berwaran putih, rak-rak buku terjejer
rapih di dinding yang bukan terbuat dari kaca. Peralatan-peralatan yang ada di
dini semua berwarna putih, dari meja, rak bukunya,dan lainnya.
“sudah
puas berkelilingnya ?” tanya Pak Oskar tersenyum. “eh, maaf Pak Sudah, kami sudah siap untuk belajar.”
Jawab petter. Semangat nya kembali berkobar. Mereka semua turun ke lantai satu.
Ternyata di meja sudah terjejer berbagai macam peralatan. Mereka semua duduk
mengelilingi meja itu.
“hari
ini kita belum belajar, seperti guru-guru yanng lain, pelajaran pertama kita
isi dengan perkenalan-perkenalan. Di sini kita tidak perlu mengenalkan diri
kita masng-masing lagi, karena kita sudah saling mengenal, jadi hari ini saya
akan memperkenalkan alat-alat kita yang akan membantu dalam penyelidikan kita.”
Petter, joe, dan rey mengangguk senang. Ia sudah tak sabar menggunakan
peralatan yang ada di meja itu dan menyelesaikan kasus-kasus yang ada.
“yang
pertama buku ini, buku ini milik kalian saat ini” buku itu kecil, bersampul
kulit berwarna hitam yang bagian tengah nya berlogo club detectve sekolah berwarna emas.
Mereka mengambil milik mereka masing-masing. Di dalam nya ternyata tak hanya
kertas-kertas yang di jilid rapih tetapi di bagian belakangnya terdapat
beberapa peralatan yang dapat di gunakan dalam penyelidikan, seperti berbagai
macam peralatan yang di gunakan untuk mengumpulkan sidik jari dll.
“yang
ini pena. Ini pena biasa, yang di gunakan untuk menulis, tapi kelebihan dari
pena ini adalah untuk membuat tulisan kita tak terlihat. Kita bisa melihat nya
di bawah sinar matahari jika kita terawang maka akan terlihat tulisannya.
Selain itu. Jikaa kita tekan tombol merah yang ada di atas ini maka akan keluar
pisau kecil. Bisa kalina gunakan untuk melepaskan tali jika kalian
menyelamatkan kasus penculikan ataupun jika diri kalian sendiri yang di culik.”
Pak
Oskar menyerahkan pena itu. Pena itu pena klasik, berwarna perak dengan
ukiran-ukiran berwarna emas. Mereka mencoba-coba mengunakannya di atas kertas
buku mereka ternyata benar ttulisannya tak tampak. Awalnya tulisan itu ada
tertulis dengan tinta biru tua, tetapi setelah beberapa detik tulisa-tulisan
itu lenyap.
Setelah
puas mereka semua meletak kan kembali pena tersebut, tak sabar dengan
benda-benda yang lain. “pistol ini, bukan berisi timah panas seperti pistol
pada umum nya. Tetapi ini pisto yang di gunakan untuk menyadap suara.
Contohnya. Saya tembakkan ini ke jas petter, nanti akan ada benda seperti
kancing berwarna perak tertempel di jas itu dan gunakann headset ini” Pak Oskar menyerahkan pistol itu dan peluru
yang berupa alat untuk penyadap serta head set yang tersambung dengan kotak
kecil, tetapi seperti nya mereka tak berminat untuk mencobanya,
“yang
ini sebuah kacamata. Ini cukup canggih. Di bagian tengah antara kaca terselip
sebuah kamera kecil. Di bagian tangkai kanan ini ada beberapa tombol, tombol
yang ini yang bisa di geser-geser, bisa di gunakan untuk memperbesar jarak pandang
tetapi hanya sampai 1 km saja. Yang tombol ke dua untuk memotret. Sedangkan di
tangkai kiri nya tombol nya di gunakan untuk merekam situasi. yang bagian kiri
ini ada sebuah celah jika kalin dorong sedikit akan keluar sebuah benda yang
bisa kalian gunakan untuk saling berkomunikasi.ada 3 tombol di benda itu.
Tombol satu untuk berkomunikasi dengan petter, tombol dua dengan joshua, yang
ke tiga dengan rey. Kalian mengerti ?” mereka mengangguk dan segera mencobanya.
“yang
ini borgol dan yang ini pistol listrik. Pistol listrik ini cukup membuat lawan
kalian pingsan. Tapi saya rasa kalian tak perlu membutuhkan ini karena kalian
semua pandai bela diri. Tetapi ya ini tetap untuk kalian” Pak Oscar menyerahkan
semua nya.
“oh
iya satu lagi, ini ID kalian. Kalian bisa menggunakan ini jika di jalan kalian
melihat sebuah kasus dan ingin mengikuti penyelidikan, kalian bisa gunakan ID
ini, dan kalian pasti di izinkan untuk mengkuti penyelidikan” mereka memegang
ID itu dengan perasaan yang bangga. ID itu tertulis nama mereka dan tertempel
foto mereka. Petter senang bukan main. ia ingin segera menulis surat untuk
kedua orang tuanya.
“dan yang terakhir markas ini, kalian bisa ke
sini kapan saja, ini markas kalian. Ini markas kita para anggota club
detective.” Pak Oskar berteriak dengan penuh semangat yang di sambut triakan
penuh semangat oleh yang lainnya
TO BE CONTINUED
(review please)

0 komentar
Post a Comment