Saturday, March 30, 2013

Club Detective School (part8)


Bell berbunyi menandakan mulainya pelajaran berikutnya. Mereka bertiga bergegas untuk ke ruang club detective. “eh ngomong-ngomong, ruang club di mana ya ?” tanya joe kepada ke dua sahabatnya. “aku juga tak tahu mungkin tempat kita sleksi dulu ?” petter mengingat-ngingat di mana ruangan itu. Mereka pun berjalan ke ruang aula dan keluar ke pintu utama, berbelok ke arah kanan, petter merasa dirinya bodoh sekali, bagaimana ia bisa menjadi detective yang hebat hal sepele pun tak ia fikirkan sama sekali, ia begiu bersemangat untuk memulai pelajaran di club detective, tetapi ia tak ingin tahu di mana ruangan nya.
Mereka mengandalkan ingatan mereka untuk sampai di ruang itu, akirnya mereka sampai di sebuah ruangan, dimana dulu mereka melakukan test untuk bisa masuk ke club detective. Ternyata di sana hanya ada bangku-bangku kosong, ah mungkin bukan di sini. Fikir petter. “kita cari guru saja, atau kalau perlu kita mencari Pak Oskar dan Pak Thom” saran petter yang langsung di setujui saja oleh ke dua sahabatnya.
Mereka sudah memotong waktu belajar mereka selama setengah jam. Mereka mencari-cari siapapun yang bisa memberi informasi kepada mereka. Tetapi mereka tak menemukan satu orang pun selama perjalanan. Mereka pun keluar kastil kalau-kalau bisa bertemu dengan oddi atau pun hugo, pasti mereka mengetahui di mana letak ruang club detective.
Mereka mencari-cari tetapi tak berjumpa. “kemana sih hugo dan oddi ? kalau di cari pada saat penting seperti ini tak pernah muncul, tapi kalau kita sedang melanggar peraturan, cepat sekali munculnya”keluh joe. Petter dan rey menghiraukannya.
“oh iya, kalian ingat tidak dengan rumah yang ada di dekat gudang sepeda ? itu rey, tempat kamu bersembunyi saat akan mengikuti kami bersepeda ke kota, kau ingat rey ? joe ?” tanya nya.
“ah iya aku ingat, tempat apa itu ?” tanya rey.
“ntahlah, tapi mungkin saja itu ruangan yang sedari tadi kita cari. Tak ada salahnya mencoba ke sana” kata petter, mereka semua berlari ke arah rumah itu, rumah itu terletak di pinggir danau besar, danau yang mereka lintasi jika hendak keluar dari kastil dan menuju pemukiman penduduk. Gudang sepeda dekat dengan rumah itu.
Sampailah mereka di rumah itu. Rumah itu tertata rapih. Bunga lily putih dan mawar banyak sekali tumbuh di pekarangan rumah itu, pohon besar tertanam untuk meneduhkan rumah itu. Rumah itu sederhana tetapi sungguh indah.
“kamu yakin petter ?” tanya rey.
“tak begitu, kita ketuk saja, kalau pun bukan kita bisa bertanya ruangan yang benar di mana” usul petter. Petter pun mengetuk rumah itu. Tak lama kemudian keluarlah seorang pria yang ternyata adalah Pak Oskar. “ehm, maaf Pak Oskar mengganggu waktu anda, kita ada pelajaran di club detective, tetapi kami lupa tak pernah menanyakan di mana ruangan itu” petter berbicara dengan gugup takut kalau-kalau Pak Oscar akan memarahi mereka.
“silahkan masuk, anggap rumah sendiri, saya sudah menunggu kalian di sini dari satu jam yang lalu” kata nya dengan nada yang kecewa. Demi apapun petter merasa lebih baik ia di marahi habis-habisan dari pada harus mendengar nada kekecewaan yang lembut dari orang ini. Mereka masih diam di luar tak bergerak untuk masuk sekali pun “maaf sekali, kami tak tahu di mana ruangan itu” hanya petter yang masih sanggup bersuara.
“kenapa kalian bisa sampai sini kalau kalan tak tahu markas kita ?” Pak Oskar mengubah kalimat ruang detective menjadi markas. “ah ? kami tak sengaja, apa kah ini markas kita ?” tanya petter. “ia ini lah markas kita. Mari masuk” Pak Oskar menyuruh mereka semua masuk.
Mereka bertiga begitu terkesan dengan ruangan ini, tak hanya dari luar saja unik nya, ternyata sudah sampai dalam pun masih unik. Ruangan itu benar-benar seperi markas, dindingnya di penuhi rak buku dengan buku-buku nya yang tebal-tebal sekali.di tengah ruangan terdapat meja yang panjang dan di sekelilingnya terdapat empat kursi. Di bagian pojok terdapat meja dan kursi yang seperti nya itu adalah tempat untuk pak oskar atau pak tom bekerja.
Mereka berkeliling ruangan itu. sampai di lantai dua, ternyata sebelah sisi nya memang berdindinng kaca yang bisa melihat ke taman sekolah. tak hanya dindingnya, atap nya total terbuat dari kaca yang tebal. tetapi ruangan itu tak panas sama sekali, mungkin karena rimbun dengan pepohonan sekitar, ruangan ini cocok sekali untuk pelajaran astronomi walaupun sekolah sudah memiliki menara astronomi sendiri.
Di lantai dua ini bernuansa putih, berbeda sekali dengan di lantai satu, semua nya serba coklat tua. Di sini terdapat sofa berwaran putih, rak-rak buku terjejer rapih di dinding yang bukan terbuat dari kaca. Peralatan-peralatan yang ada di dini semua berwarna putih, dari meja, rak bukunya,dan lainnya.
“sudah puas berkelilingnya ?” tanya Pak Oskar tersenyum. “eh, maaf  Pak Sudah, kami sudah siap untuk belajar.” Jawab petter. Semangat nya kembali berkobar. Mereka semua turun ke lantai satu. Ternyata di meja sudah terjejer berbagai macam peralatan. Mereka semua duduk mengelilingi meja itu.
“hari ini kita belum belajar, seperti guru-guru yanng lain, pelajaran pertama kita isi dengan perkenalan-perkenalan. Di sini kita tidak perlu mengenalkan diri kita masng-masing lagi, karena kita sudah saling mengenal, jadi hari ini saya akan memperkenalkan alat-alat kita yang akan membantu dalam penyelidikan kita.” Petter, joe, dan rey mengangguk senang. Ia sudah tak sabar menggunakan peralatan yang ada di meja itu dan menyelesaikan kasus-kasus yang ada.
“yang pertama buku ini, buku ini milik kalian saat ini” buku itu kecil, bersampul kulit berwarna hitam yang bagian tengah nya  berlogo club detectve sekolah berwarna emas. Mereka mengambil milik mereka masing-masing. Di dalam nya ternyata tak hanya kertas-kertas yang di jilid rapih tetapi di bagian belakangnya terdapat beberapa peralatan yang dapat di gunakan dalam penyelidikan, seperti berbagai macam peralatan yang di gunakan untuk mengumpulkan sidik jari dll.
“yang ini pena. Ini pena biasa, yang di gunakan untuk menulis, tapi kelebihan dari pena ini adalah untuk membuat tulisan kita tak terlihat. Kita bisa melihat nya di bawah sinar matahari jika kita terawang maka akan terlihat tulisannya. Selain itu. Jikaa kita tekan tombol merah yang ada di atas ini maka akan keluar pisau kecil. Bisa kalina gunakan untuk melepaskan tali jika kalian menyelamatkan kasus penculikan ataupun jika diri kalian sendiri yang di culik.”
Pak Oskar menyerahkan pena itu. Pena itu pena klasik, berwarna perak dengan ukiran-ukiran berwarna emas. Mereka mencoba-coba mengunakannya di atas kertas buku mereka ternyata benar ttulisannya tak tampak. Awalnya tulisan itu ada tertulis dengan tinta biru tua, tetapi setelah beberapa detik tulisa-tulisan itu lenyap.
Setelah puas mereka semua meletak kan kembali pena tersebut, tak sabar dengan benda-benda yang lain. “pistol ini, bukan berisi timah panas seperti pistol pada umum nya. Tetapi ini pisto yang di gunakan untuk menyadap suara. Contohnya. Saya tembakkan ini ke jas petter, nanti akan ada benda seperti kancing berwarna perak tertempel di jas itu dan gunakann headset ini”  Pak Oskar menyerahkan pistol itu dan peluru yang berupa alat untuk penyadap serta head set yang tersambung dengan kotak kecil, tetapi seperti nya mereka tak berminat untuk mencobanya,
“yang ini sebuah kacamata. Ini cukup canggih. Di bagian tengah antara kaca terselip sebuah kamera kecil. Di bagian tangkai kanan ini ada beberapa tombol, tombol yang ini yang bisa di geser-geser, bisa di gunakan untuk memperbesar jarak pandang tetapi hanya sampai 1 km saja. Yang tombol ke dua untuk memotret. Sedangkan di tangkai kiri nya tombol nya di gunakan untuk merekam situasi. yang bagian kiri ini ada sebuah celah jika kalin dorong sedikit akan keluar sebuah benda yang bisa kalian gunakan untuk saling berkomunikasi.ada 3 tombol di benda itu. Tombol satu untuk berkomunikasi dengan petter, tombol dua dengan joshua, yang ke tiga dengan rey. Kalian mengerti ?” mereka mengangguk dan segera mencobanya.
“yang ini borgol dan yang ini pistol listrik. Pistol listrik ini cukup membuat lawan kalian pingsan. Tapi saya rasa kalian tak perlu membutuhkan ini karena kalian semua pandai bela diri. Tetapi ya ini tetap untuk kalian” Pak Oscar menyerahkan semua nya.
“oh iya satu lagi, ini ID kalian. Kalian bisa menggunakan ini jika di jalan kalian melihat sebuah kasus dan ingin mengikuti penyelidikan, kalian bisa gunakan ID ini, dan kalian pasti di izinkan untuk mengkuti penyelidikan” mereka memegang ID itu dengan perasaan yang bangga. ID itu tertulis nama mereka dan tertempel foto mereka. Petter senang bukan main. ia ingin segera menulis surat untuk kedua orang tuanya.
 “dan yang terakhir markas ini, kalian bisa ke sini kapan saja, ini markas kalian. Ini markas kita para anggota club detective.” Pak Oskar berteriak dengan penuh semangat yang di sambut triakan penuh semangat oleh yang lainnya

TO BE CONTINUED
(review please)

0 komentar

Post a Comment