Sunday, March 31, 2013

Club Detective School (part16)


Petter sudah kembali ke aktifitasnya semula, kali ini ia di sibukkan dengan latihan basketnya, sebentar lagi akan di adakan kompetisi basket asrama. Petter berlatih sangat giat, hampir setiap hari ia berlatih, petter banyak kehilangan waktunya untuk mengerjakan semua tugas-tugas sekolah nya.
“hey petter, wajahmu tampak lesu sekali ada apa ?” tanya joe ketika mereka sedang makan malam, “ah benarkah ? aku hanya memikirkan tugas-tugas ku ini” kata petter sambil menunjuk tumpukan buku yang ada di sebelah piring nya. “ku rasa kamu harus berhenti dari club basket itu” rey mengusulkan. “tidak bisa” kata petter dengan suara lesu. “baiklah,besok pertandingan di mulai bukan ?” tanya joe sambil memakan kentang gorengnya. “iya” jawab petter. Setelah makan malam usai mereka bertiga langsung menuju asrama, petter membawa semua buku-bukanya ke “petter kau tak mengerjakan tugasmu ?” tanya rey setelah sampai asrama dan melihat petter melettakkan bukunya begitu saja di meja. “tidak,aku akan istirahat,besok pagi pertandingan di mulai”kata joe dan langsung naik menuju kamarnya.
Sebenarnya petter belum benar-benar mengantuk, ‘aku harus tidur,aku butuh tidur, besok pertandingan pertama ku’ batinnya, ia pun mencoba memejamkan matanya
Paginya udara sangat cerah dan dingin. Aula besar di penuhi dengan aroma lezat sosis dan kentang goreng, anak-anak heboh sekali membicarakan pertandingan basket yang akan berlangsung hari ini.
“kau harus sarapan” kata rey
“aku tidak mau” petter sama sekali tak bernafsu untuk sarapaan pagi ini.
“sepotong roti saja, atau kentang goreng ini, pokoknya kamu harus sarapan” rey membujuk. Setengah jam lagi pertandingan di mulai, petter begitu gelisah. “petter kau harus makan” kata vian yang baru bergabung dengan mereka semua di meja makan. “kau ini pemain termuda pasti banyak yang mengincarmu” tambah vian, “terimakasih vian” kata petter seraya mengawasi vian yang memberikan saus banyak-banyak ke sandwich nya.
Tepat pukul delapan pagi semua anak sudah duduk rapih di kursi penonton stadion sekolah, masing-masing asrama yang bertanding membawa spanduk yang besar-besar untuk mensuport para pemain perwakilan asramanya. Joe dan rey bergabung dengan vian dan sam yang berada di deret paling atas.
Sementara di ruang ganti petter begitu cemas, tak seperti biasanya, ntah kenapa pertandingan basketnya kali ini begitu berbeda, petter sebelumnya pun memang pemain basket dan sudah menjuarai beberapa pertandingan, tapi ia merasa pertandingan ini begitu spesial untuknya.
“sudah lah, ini hanya pertandingan biasa. Tak usah begitu mencemaskannya,yang penting adalah kamu harus bermain bagus hari ini” kata aji memberi semangat. “aku takut mengecewakan semuanya” kata petter. “tenang saja, kamu kan tidak bermain sendiri” kata jordan. “iya benar sekali, kita ini satu tim. Jadi semangat” tambah jerry. Petter merasa senang sekali mendapat dukungan seperti ini, semangat petter bangkit lagi. “baiklah kita harus semangat dan berjuang. Kita pasti menang” kata petter bersemangat yang di sambut triakan penuh semangat oleh yang lainnya.
Pertandingan pun di mulai, ternyata mereka menghadapi asrama supernova, supernova bukan lawan yang enteng bagi mereka, karna dari tahun ke tahun memang supernova lah saingan terberat. Pertandingan berlangsung sangat seru, keduabelah pihak supporter pun tak mau kalah saling adu yel-yel. Pertandingan berakhir dengan kemenangan asrama andromeda dengan score akhir 99-97, hanya selisih satu bola.
“permainan yang bagus petter” ucapan itu terdengar sepanjang perjalanan petter menuju asrama nya. “wow cool man !” kata joe ketika petter sudah sampai di asrama. “haha terimakasih, joe” kata petter girang.
Memasuki bulan mei, hampir setiap hari matahari bersinar dengan teriknya. Petter, joe, dan rey lebih banyak menghabiskan waktu nya di perpustakaan untuk mengerjakan semua tugas-tugas nya yang menumpuk.
“ada apa dengan semua guru-guru di sini ? hampir setiap hari kita di berinya tugas” gerutu joe. “lebih tepat nya hampir setiap guru yang datang membebankan kita dengan tugas-tugas yang menumpuk.”keluh petter ia membuka halaman-halaman yang ada di depannya, buku-buku itu tertumpuk hampir menutupi wajah mereka.
“jangan seperti itu,guru-guru begini karena sebentar lagi kita akan menghadapi ujian smester pertama” Jelas rey sambil menulis. “tetapi dengan begini, mereka membunuh kita secara perlahan, lagi pula kau belajar begini kerasnya, tetapi nilai mu tak pernah bisa lebih tinggi dari petter” kata joe ketus.
Rey menutup bukunya keras-keras dan pergi meninggalkan petter dan joe. “hey rey, mau kemana kau ?” petter nyaris bertriak. “tak usah hirau kan dia,dia itu masih sama seperti itu,selalu sok tahu, dan selalu omong kosong juga.” Joe menopang dagu nya dan membolak-balik halaman buku nya.
“tetapi dia teman kita, apa kita akan perang dingin lagi, hanya gara-gara hal spele seperti ini ?” petter berdiri dari kursinya, “jika kau mengejarnya, kejar saja, aku sedang malas berdebat dengan nya” joe sibuk menulis. Petter membereskan mejanya “aku akan menyusulnya” kata petter. “iya, terserah kau saja” petter langsung keluar, mencari-cari dimana keberadaan rey.
Petter mencari nya di asrama tetapi ia tidak ada, petter berkeliling sekolah tetapi tak menemukan rey, ia teringat dengan markas mereka, harapan satu-satu nya adalah markas tersebut. Ia berjalan setengah berlari menuju markas, tetapi kekecewaan besar bercampur dengan kecemasan ketika petter tak menemukannya.
Petter duduk di bangku taman, “sedang apa kau disini ?” petter segara menoleh dan ternyata itu adalah pak thom. “mencari rey, dia begitu marah ketika joe mengejeknya, aku khawatir, aku sudah berkeliling tetapi tak menemukannya” petter begitu lesu, ia takut ada apa-apa dengan rey.
 “seperti nya aku tadi melihat nya di pinggir danau besar” pak thom langsung pergi. “oh, pak trimakasih” pak thom berbalik dan mengangguk, ia melanjutkan jalannya.
Petter langsung berlari ke arah pinggir danau. “pinggir danau yang mana ?” tanya petter dalam hati. ia berjalan ke arah jembatan dan ternyata ia melihat rey di sana, ia tampak lesu dan sedang memandang danau.
“rey ? kau tak apa ?” petter mendekat dan berbicara begitu hati-hati takut membuat rey tersinggung. Rey hanya mengangguk, mata nya menandakan seperti nya ia habis menangis.
Petter mendekat dan berdiri di sebelahnya. “kalimat joe tadi tak usah di ambil hati ya ?dia seperti itu kerena ia kesal dengan tugas-tugas nya” petter berbicara dengan tenang. “kenapa sih di begitu membenci ku ?” tanya rey. “bukannya dia benci, tetapi ia menunjukkan rasa perhatiannya dengan cara begitu” apa yang dia omongkan petter sebenarnya asal saja, yang penting ke dua temannya itu bisa berdamai lagi.
“sebaiknya kau kembali ke joe dan meminta... maaf”
“aku ? meminta maaf dengannya ? yang salah dia bukan aku jadi seharusnya dia yang meminta maaf bukannya aku” suara rey begitu keras, membuat burung-burung di sekitar bertebangan karena ketakutan.
Petter semakin bingung, apa yang harus ia lakukan untuk membuat ke dua temannya ini damai. Rey pergi meninggalkan petter, ia berlari sambil menangis. “aku harus apa ???” teriaknya sambil menutup wajahnya dengan ke dua tangannya.
Sore ini pelajaran olah raga. Salah satu yang paling disukai petter adalah kolam renang besar yang terletak di pinggir pantai. Kolam tersebut di gali di batu-batu karang tepi pantai.dan dasarnya dibiarkan tetap berbatu-batu karang tidak rata. Juga tepinya berlumut, bahkan kadang-kadang bagian dasarnya licin pula oleh lumut Tapi tiap hari bila air pasang, air laut menyerbu masuk ke dalam kolam tersebut, membuat air kolam bergelombang. Sungguh menyenangkan berenang-renang di tempat itu.
Pantai lautnya sendiri terlalu berbahaya untuk tempat mandi. Ombaknya terlalu besar dan kuat Anak-anak dilarang berenang di laut ini. Di dalam kolam semua aman. Salah satu ujung kolam dibuat cukup dalam sehingga bisa untuk terjun dari papan loncat yang tinggi. Di situ juga ada tempat luncur serta papan loncat yang lebih rendah.
Saat petter keluar dari kamar mandi ia bertabrakan dengan seorang anak perempuan kelas satu lainnya, tapi sepertinya tidak satu asrama dengannya karena ia tak pernah melihat nya. “maaf” kata petter. Tetapi gadis itu malah memandang kagum petter. Petter hanya mengenakan celana renang, otot-otot lengan dan perut nya sudah terbentuk karena memang petter senang berolah raga.
“hmm maaf, aku tidak melihat mu tadi, kau tak apa-apa ?” ulang petter. Gadis itu masih bengong. “hello ?” petter terpaksa menjentikkan tangannya di depan wajah gadis itu. “eh..anu... maaf sekali aku tak melihat mu” kata gadis itu, wajahnya sangat merah, ia pun langsung permisi. “aneh” grutu petter.
Ia pun tak memikirkannya lagi, ia segera terjun ke kolam renang, sungguh segar rasanya berenang di teriknya sinar matahari seperti ini. Ia berenang sambil melihat ke arah laut, ternyata danau besar yang mengelilingi sekolah bermuara di laut ini. Petter memang sering melihat pantai dari jarak jauh, tapi ia sama sekali tak pernah menjejakkan kakinya langsung ke pantai itu. Bukannya ia tak ingin, tetapi ia terlalu sibuk. Ingin rasanya sesekali bermain ke pantai itu.
Petter melihat joe sedang bermain-main dengan vian dan erik. Erik adalah murid asrama bima sakti. Anak ini tak begitu tinggi, kulitnya putih, rambutnya lurus berwarna hitam gelap, gigi-gigi depannya besar-besar. Petter segera bergabung dengan mereka.
Sesudah pengambilan nilai mereka kembali ke ruang ganti, petter begitu terkejut ketika mendapati tas nya begitu penuh, banyak sekali coklat,permen,dan hadiah lainnya. “waahh banyak fans ni” goda joe. “kau mau tidak ? kalau mau ambil saja” kata petter ketus, bukan ia tak menghargai pemberian itu, tetapi ia sudah bosan dengan coklat, bisa-bisa ia gemuk karena tiap hari maka berkilo-kilo coklat.
“jika aku tak mau ?” tanya joe, “buang saja” jawab petter sambil berjalan keluar kamar ganti karena ia telah selesai bertukar baju. “hey petter tunggu dong” joe tampak berlari mengejar petter. Petter berhenti untuk menunggu joe. Ia melihat rey bermain dengan anak perempuan lainnya, ia begitu merindukan saat-saat di mana mereka bertiga bersama-sama.
Tak terasa sudah seminggu joe dan rey saling diam. Saat ada pelajaran di club detective mereka tetap tak ada yang berteguran, seperti tak saling kenal. “hey joe, kau tak merindukan rey ?” petter langsung ke inti persoalan. “kenapa kau menanyakannya ?” joe memang tak pernah suka jika sedang membahas rey.
“kita ini sahabat, hanya karena hal spele kalian jadi bermusuhan seperti ini ? jangan selalu mengikuti ego mu, ayolah meminta maaf saja duluan.” Kata  petter dengan lembut. “yang salah itu dia....” petter langsung memotong kata-kata joe. “apa sih susah nya meminta maaf ? kalau tak ada yang memulai untuk meminta maaf, tak akan pernah selesai masalah ini” petter berbicara dengan nada yang sedikit tinggi.
Joe terdiam. “baiklah aku akan meminta maaf”katanya dengan suara yang nyaris tak terdengar. “rey !!” triak petter memanggil rey. Rey menoleh
“kemari sebentar”
“ada apa ?”
“sudah lah kemari dulu” rey pun berjalan ke arah petter dan joe.
“rey...maafkan aku, perkataan ku waktu itu membuat mu sakit hati,aaf kan aku ya ?” joe langsung memulai ketika rey datang menghampiri mereka. “ah ?? hmm.. aku juga minta maaf ya” mereka saling berjabat tangan. Setelah kejadian itu hubungan mereka bertiga kembali membaik. 

TO BE CONTINUED
(review please)  

0 komentar

Post a Comment