Saturday, March 30, 2013

Club Detective School (part14)


“tidak, justru jika aku ada di sana malah membahayakan ku.” Kata petter. Petter melihat ke arah lain, ternyata ada sebuah piano di sana, berwarna putih. Ia berjalan ke arah piano itu. “boleh kah saya memainkan piano ini ?” tanya petter, “tentu, silahkan, kau bisa memainkan nya ?” petter mengangguk dan mulai meletakkan jari-jari nya ke tuts-tuts piano itu. Ia memainkan sebuah lagu dari beethoven.
“permainan mu bagus sekali” ketika petter menyelesaikan permainan piano nya ternyata citra sudah ada di belakangnya, ia tak menyadari citra masuk karena ia terlalu asik memainkan piano nya.
“ah, biasa saja” kata petter kikuk karena di puji seperti itu. “sungguh permainanmu indah sekali.kau sering bermain piano ?” tanya nya. “jarang sih, tapi kalau aku sedang pusing, suntuk, atau bingung dengan suatu masalah, biasanya aku bermain musik atau tidak berolah raga. Berhubung saat ini aku tak bisa keluar untuk berolah raga jadi ya ini....” kata nya sambil menunjuk piano itu.
“petter bisa memainkan alat musik apa saja ?”tanya citra nampak begitu tertarik. “gitar dan piano saja, ehm maaf aku ke kamar dulu, aku begitu lelah” ia pun membereskan barang-barangnya dan segera berjalan ke arah kamar nya.
Dua hari lama nya ia berada di rumah dokter denny, ia tak tau harus berapa hari lagi berada di rumah dokter denny, hari ini petter kedatangan tamu spesial, yaitu ke dua sahabat nya. “petter apa kabar kau” rey dan joe langsung memeluknya. “baik, bagaimana ada kemajuan ?” tanya petter, “aku berhasil mengembalikan video yang hilang itu, tetapi masih dalam proses, kira-kira satu jam lagi, bagaimana dengan pesan itu ? sudah kau pecahkan ?” tanya joe balik.
“belum, sepertinya benar kata dokter, mungkin ini hanya tulisan anak-anak iseng.” Petter sudah bercerita kepada ke dua sahabatnya bahwa ia sudah mempercayai dokter ini. “coba, boleh aku liat sudah sampai mana prosesnya” joe mengarahkan laptop nya ke arah petter. “ah tunggu dulu apa kah pesan ini.... ah iya pasti....” petter begitu bersemangat, dokter denny tak pernah melihat petter begitu bersemangat seperti saat ini.
“petter, kontrol emosi mu” dokter denny memperingatkannya. “ah iya dok” petter tersenyum lebar. Ia ke kamar nya dan mengambil buku catatanya yang berisi pesan itu. “jadi seperti ini, pesan itu berbunyi P2a2l2a1q4 a2a1m2q5p2a2p2 coba kita sesuaikan dengan keyboard, nah begini P2 kita lihat huruf P dan hitung huruf ke duanya yaitu “O”, A2 = “S” , l2 = “K”, q4 = “R”, a2 = “S” , a1 = “A” , m2 = “N”, q5= “T”, P2 = “O”, a2 = “S”, P2 = “O”
“OSKAR SANTOSO !!” teriak mereka bertiga berbarengan. “petter, ini ada paket untuk mu” citra masuk dan menyerahkan sebuah kotak kecil. Ia membaca alamatnya dan dari alamat nya sepertinya itu paket dari ayah nya. Ia membukanya dan ternyata benar, sebuah handphone. Di dalamnya terselip sebuah pesan “telpon segera jika paketnya sudah sampai”.
Petter pun langsung menekan tombol handphoenya dan segera menelpon ayah nya.
“hallo ayah..”
“sudah yah, baru sampai. Yah ternyata pesan itu berbunyi OSKAR SANTOSO, kami berhasil memecahkan pesan ini. Lalu apa yang harus aku lakuakan yah ?”
“aku harus kembali ke kastil dan pergi ke perpus ? lalu ?”
“ah baik yah, aku akan segera ke perpus” setelah menutup percakapan, ia segera, berganti pakaian dengan seragamnya, “dokter, terimakasih atas bantuannya, saya akan segera ke sekolah” setelah berpamitan mereka langsung pergi ke kastil, sepanjang perjalanan ia masih memikirkan maksud kata-kata dari ayahnya tadi.
Setelah setengah jam bersepeda, mereka sampailah di sekolah, mereka memarkirkan sepeda mereka di balik semak-semak di depan sekolah. mereka pun berlari ke arah sekolah, banyak sekali yang berpapasan dengan mereka, mereka semua berteriak-teriak karena petter sudah kembali, petter tak mau ambil pusing, ia ingin segera ke perpus.
“petter, kurasa rekamannya sudah bisa di lihat”teriak joe, “kau ke markas saja, gunakan kacamata kalian agar kita bisa berhubungan. Aku ke perpus sebentar” petter berlari lagi ke arah perpus.
Sesampainya di perpus ia langsung ke ruang baca tanpa permisi dulu kek bu rose. Ia menyalakan korek api yang sudah ia siapkan sebelumnya,ia pun mengarahkan korek itu ke dinding-dinding perpustakaan itu yang hampir penuh dengan buku-buku. Ketika petter mengarahkan ke salah satu lemari, ternyata apinya bergerak-gerak. “ah sudah ku duga ! ini pasti tempatnya !!” katanya girang.

TO BE CONTINUED
(review please) 


0 komentar

Post a Comment