Petter
berjalan dengan lemah, “tunggu kondisi mu sungguh buruk, kau tak boleh
kemana-mana” dokter denny berbicara dengan nada tinggi. “kondisi ku akan lebih
parah jika aku ada di sini” jawab petter. “baiklah,baiklah, aku tak akan
menelpon pihak sekolah, tapi jawab satu pertanyaan ku.. kau tidak dalam
pelarian dari sekolah karena tindakan kriminal kan ?” tanyanya.
“tidak,
aku memang dalam pelarian diri. Tetapi tidak karena aku habis melakukan
tindakan kriminal, tetapi aku pergi untuk mencari sebuah kebenaran, dan
kekecewaan yang begitu mendalam membuat ku ingin jauh dari sekolah itu untuk
beberapa saat ini, aku terlalu memikirkannya, sehingga kepalaku terasa begitu
sakit.” Jelas petter panjang lebar.
“baiklah,
aku percaya pada mu, aku tahu smith tak akan mendidik mu sebagai seorang
pembohong. Kau tinggal di sini, aku tak akan memberi tahu pihak sekolah.”
katanya yang langsung melegakan hati petter. Petter memang sama sekali tak
ingin kembali ke kastil itu. Hati nya begitu hancur mengetahui kenyataan ini,
kenyataan bahwa orang yang paling ia kagumi ternyata tak lebih dari orang yang
berhati busuk.
“kalian
harus kembali ke kastil sekarang, sebelum hari gelap, jika gelap sangat
berbahaya sekali, kalian siap kan semua peralatan-peralatan kalian. Jaga diri
kalian masing-masing ya, maaf kan aku” 
“petter,
kau baik-baik ya di sini, berapa hari kau akan di sini ? kami akan terus
menjenguk mu” mata rey berlinang-linang. “jangan, kalian tak perlu sering
menjengukku. Nanti mereka tahu aku di sini. Hati-hati. priksa terus diri
kalian, kalau-kalau nanti kalian tertempel penyadap suara seperti tadi.”
“baiklah,
kami pulang dulu. Jaga diri mu baik-baik ya.” Kata joe.
“tunggu.
Kemarikan pistol mu.” Petter menembakkan penyadap suara di tas nya. Dan
menembakkan penyadap suara ke buku catatan joe. “dengan ini, kta bisa saling
berkomunikasi. Pasang terus head set nya.” Kata petter. “brilian” joe
tersenyum, dan mereka pun permisi untuk pulang.
Petter
memasang headset nya agar tetap bisa mendengar sesuatu. “apa kah ada sesuatu
yang ingin kau sampaikan ?” tanya dokter setelah kepergian ke dua teman-teman
petter.
“tidak,
aku takut kau sekongkol dengan mereka” kata petter sambil memejamkan matanya. “maksud
nya ? ada masalah apa dengan pak oskar dan pak thom ?” dokter denny duduk di
sebelah nya, anak nya hanya berdiri di pintu.
“dulu
dia seperti apa ? apakah anda berteman dekat sampai saat ini ?” tanya petter
balik. “masi lumayan berteman baik, dulu ya seperti itu. Seperti anak-anak
lainnya, ada apa ?” dokter denny mulai serius. Petter melihat ke arah citra,
gadis cilik itu sadar kalau petter tak menginginkan keberadaannya, ia pun pergi
dan menutup pintu kamar petter.
“boleh
saya meminjam telepon ? saya ingin sekali berbicara dengan ayah ku saat ini”
kata petter. Dokter denny memberikannya handphone. Petter menekan tombol-tombol
nya, dan menunggu sebentar, 
“hallo
ayah ? ini petter,pakai handphone dokter denny”
“aku
tak apa-apa yah, kepala ku sedikit pusing saja, yah teman se asrama ku di
culik”
“aku
mencurigai seseorang, yaitu kepala sekolah..”
“kronologi
nya seperti ini.......” petter menceritakan semua nya tanpa ia lewatkan
sedikitpun.
“jadi
aku harus bagai mana yah ?” tanya petter bingung.
“belum
ada buktinya sih, nanti akan ku pecahkan pesan korban secepatnya.”
“oh
begitu, paketkan saja ke alamat rumah dokter denny, jangan di kirimkan ke
sekolah, baik.. terimakasih ayah, nanti aku telpon lagi” petter menutup
percakapannya. “jadi itu alasan kamu tak mau pergi ke sekolah mu lagi ?” kata
dokter. “ia, aku begitu kecewa, orang yang begitu percaya, orang yang begitu  kukagumi ternyata seorang yang mempunyi hati
busuk.” Petter duduk di pinggir tempat tidur nya
“kenapa
kau tidak mengadukannya ke polisi ?” usul dokter denny. “ bisa saja mereka
sudah menyiapkan alibi yang bagus, aku saat ini sedang berusaha mencari
bukti-bukti lain, aku juga sedang memecahkan pesan yang di tinggal kan korban”
“kau
yakin itu pesan dari korban ? dari mana kau tahu ?” petter baru sadar. Bisa
saja itu hanya ulah sesorang yang iseng, kenapa ia langsung berfikiran itu
tulisan sam ? petter kembali lemas. Ia hanya mengharapkan ada kemajuan dari
penyelidikan ke dua temannya.
“kamu
menyerah ? saya pernah baca komik detective, ada sebuah kata-kata seperti ini
“jika seorang detective menyerah,maka kasus nya akan terus menjadi sebuah
misteri” jadi selesaikan kasus ini, sampai akhir” kata-kata dokter denny
langsung membuat hati petter hangat kembali, semangat nya mulai tumbuh, rasa sakit
di kepalanya berangsur-angsur membaik. “sudah malam, lebih baik kamu mandi
dulu, saya tunggu di meja makan” dokter denny keluar dari kamar petter,dan
kembali dengan membawakan handuk dan pakaian ganti.
“pakaian
saya dulu, sepertinya agak terlalu besar, tetapi itu yang paling kecil atau kau
mau keluar untuk membeli pakaian ?” tawar dokter denny. “eh ? tidak perlu
dokter terimakasih, saya bisa pakai baju anda saja, saya yakin mata-mata pak
oskar dan pak thom ada di sekitar kota ini.” Petter pergi ke kamar mandi. Ia
selalu berfikir, apakah ia harus mempercayai dokter ini ? tapi ayah nya
meyakinkan untuk mempercayai dokter ini.
Setelah
selesai ia pergi ke ruang makan,ia mengenakan kaos dokter denny, ternyata besar
sekali, ia sampai menggulung lengannya, ia mengenakan celana futsal milik
dokter denny. ia duduk dan memandang foto yang ada di dinding itu, “itu istri
saya, sudah meninggal ketika citra lahir” dokter menjawab kebingungan petter.
Petter pun hanya mengangguk dan tersenyum.
“citra
kemana dok ?” petter melihat ke sekeliling tak nampak citra di sana. “ia sedang
les piano. Kita makan duluan saja,ia pulang pukul 7 malam.” petter mengangguk
dan memakan makanannya. Setelah ini ia hendak memecahkan pesan itu walaupu ia
tak begitu yakin pesan itu pesan dari sam.
Setelah
makan ia segera ke kamar nya dan mengambil tas nyaa untuk ke ruang keluarga. Ia
mengenakan headset nya. Ia mendengar sebuah suara di sana. “bicara pada ku
dimana petter ?” seperti nya itu suara pak oscar, dari suara nya ia sedang
marah besar. “aku tak tahu ia dimana, yang jelas ia sudah tahu kebenarannya,
mungkin sekarang ia kembali ke rumah nya” itu adalah suara joe.
“kalian
semua keterlaluan” pak oskar seperti nya memukul meja dan menutup pintu dengan
keras nya. “joe ?” petter berbicara pada temannya. “ah kau kah ini ? ia sedang
marah besar, ia bilang kau dalam bahaya besar jika kau tak kembali ke kastil,
aku begitu mencemaskanmu, kurasa kau tak perlu pergi kemana-mana” jelas joe,
hati petter panas lagi, ternyata dugaannya ini benar mengenai kebusukan pak
oskar.
“kau
kenapa petter ?” dokter denny membawakannya secangkir teh hangat untuk nya.
“mereka mengancam ku jika aku tak segera kembali ke kastil” jelas petter. Ia
mengambil buku nya dan mulai mengotak-atik deretan huruf dan angka itu.
“sepertinya lebih baik kamu kembali ke kastil saja ?” saran dokter denny.
TO BE CONTINUED
(review please) 

 
 
 
 
 
 
0 komentar
Post a Comment