Saturday, March 30, 2013

Club Detective School (part12)


“a.aa..apa.. benda apa itu tadi ?” tanya joe. “ itu alat penyadap suara kau lupa ? sekarang cek diri kalian siapa tahu ada penyadap yang lain.” Mereka sibuk mencari-cari benda yang serupa dengan benda tadi.
“pasti pak oskar yang meletakkan nya tadi. Ternyata memang dia pelakunya. Kita harus menemukan buktinya. Kita pecah kan sandi nya.” Petter merasa kekecewaan yang luar biasa. Guru yang ia banggakan, guru yang selalu menjadi panutannya ternyata berhati jahat.
“kau sedang apa joe ?” tanya rey. Joe memang tampak sibuk sekali dengan laptop nya. “aku tadi mengambil kaset rekaman CCTV. Semoga saja aku bisa mengembalikkan bagian yang di hapus itu” jelasnya.
“kerja bagus joe” petter merasa agak baikkan walaupun kepalanya masih terasa sakit. Ia pun mengambil kamera nya dan menulisnya di buku catatannya. Rey pun melakukan hal yang sama. pelayan pun datang membawakan makanan mereka. Mereka langsung segera menyantap makanan mereka
Setelah kenyang, mereka melanjutkan pekerjaan mereka. “nah kalau begini kan aku bisa kerja lebih baik lagi” celetuk joe, “dasar tukang makan” petter meninju pelan lengan joe sambil tersenyum.
“aku mau ke dokter dulu, kepala ku dari tadi sakit sekali.” Jelas petter.
“ah ? kau tak apa ? kami antar saja ya ?” rey menawarkan.
“tak perlu, terimakasih. Kalian di sini saja teruskan penyelidikan. Gunakan kacamata kalian. Aktif kan alat untuk berkomunikasi kita”petter langsung berlari ke arah sepeda nya. Ia mencari dokter terdekat. Lama ia bersepeda, ia melihat arloji nya ternyata sudah pukul 4 sore.
“maaf permisi,numpang tanya,di sini rumah dokter terdekat di mana ya ?” tanya petter kepada salah seorang pejalan kaki di sana.”itu, setelah lampu merah belok kanan.”kata wanita itu, wanita itu masih sangat muda,mungkin masih seumuran dengan nya. Cantik sekali, rambutnya yang sedikit ikal di biarkannya terurai di bahunya ,kulitnya putih,manis.
“saya bisa antar kan kalau kau mau” katanya manis. “oh tak perlu, nanti merepotkanmu, aku pergi dulu ya. terimakasih” petter langsung melanjutkan perjalanannya. Kepalanya begitu pusing. Benar saja, ketika ia berbelok di lampu merah ia menemukan sebuah plang bertuliskan “dr. Denny julianta” ia pun menambah kecepatan sepedanya.
Ia segera turun dari sepeda nya, dan mengetuk pintu rumah tersebut. Kepalanya sakit bukan main, pandangan nya sudah mulai pudar. Tak lama kemudian muncullah seorang pria, badannya atletik sekali, ia mengenakan kacamata.
Dokter itu segera membantu petter untuk masuk ke rumah nya, petter sudah tak kuat lagi berjalan. Dokter segera memeriksanya,”tekanan darah mu rendah sekali nak, kau kurang istirahat, dan sepertinya banyak sekali yang kau fikirkan. Siapa nama mu ? dan rumah mu dimana ?” tanya dokter deny. “nama saya petter, petter smith. Saya tinggal di asrama sekolah, west wood.” Petter menjawab dengan suara yang begitu lemah nyaris bisikan.
“haa ? jadi kamu anak komisaris smith ? kapolri itu ?” petter hanya mengangguk, dokter denny menyuntik nya, dan memberikannya beberapa jenis obat. Petter masih belum sanggup untuk bergerak, ia masih duduk di sofa ruang keluarga dokter.
Tak lama kemudian pintu depan terketuk, dan masuklah seorang gadis manis, yang ternyata petter temui di jalan tadi. “hey kamu, tak apa-apa?”tanya gadis itu. Petter tak kuat untuk berbicara sehingga ia hanya menggelengkan kepala nya tanda kalau dia tak kenapa-napa. Detik berikutnya dokter deny muncul dengan membawa segelas coklat hangat.  Petter mengambil kaca mata nya dan menekan sedikit di bagian gagang nya sehingga keluar alat yang bisa ia gunaka untuk menghubungi teman-temannya.
Ia menekan tombol 2 dan 3 dia pun langsung berbicara ketika mendengar suara joe dan rey “aku di rumah dokter denny, tak usah cemas, mungkin aku kembali sedikit lama” jawab nya dengan suara yang di buat sebiasa mungkin. “kamu tak apa-apa kan ?” terdengar suara joe yang begitu cemas. “aku tak apa-apa, kalian tak perlu cemas, sudah dulu ya” petter menyudahi percakapan itu, karena ia sudah tak kuat lagi berbicara dengan nada seperti itu, sakit sekali kelapanya.
“kamu, kenapa memaksakan diri untuk berbicara dengan nada setenang itu ?” tanya gadis itu. “kerana mereka teman-teman ku, aku tak mau membeuat mereka cemas” jawab petter sambil melepaskan kacamata nya dan memasukkan kembali ke tas nya
“seberharga itukah teman-teman mu ?” tanya gadis itu lagi. “ia, mereka lebih berharga dari apapun, dan aku percaya mereka sampai sisa hidup ku” jawab petter mantap dengan suara yang lemah.
“kau mirip sekali dengan ayah mu nak. Aku dan dia berteman baik di sekolah, ya bersama oskar dan thomas.” Mendengar nama itu di sebut kepalanya kembali sakit, ia sampai bergulung-gulung di sofa sambil memegang kepalanya.
“ada apa ? kamu kenapa ?” dokter deny menyuntik petter lagi, dan seketika pusing nya tak begitu sakit lagi, petter begitu lemah, ia tak bisa duduk lagi. Dokter denny membawanya ke kamar tamu “kamu lebih baik bermalam di sini, aku akan menelpon sekolah mu” dokter mengambil handphone nya.
“jangan, aku akan kembal ke sekolah” petter mencoba berdiri tapi sempoyongan dan jatuh kembali. “tak usah memaksakan diri aku akan menelpon sekolah mu” katanya, “tak perlu, demi apapun jangan pernah menelpon pihak sekolah, aku akan menghubungi ke dua sahabat ku. Saat ini aku lebih percaya mereka dari pada pihak sekolah, tolong, mengertilah.” Petter memohon. “baiklah, tapi kau harus menceritakan semua nya”
 petter terpaksa mengangguk, ia tak punya pilihan lain. Petter menyerahkan kaca matanya ke dokter untuk menghubungi ke dua temannya. “hallo, maaf dengan dokter denny di sini....hhmmm iya petter baik-baik saja, tetapi ia harus di rawat di sini, mungkin malam ini petter tak akan kembali ke kastil.... oh begitu ? baiklah posisi kalian di mana ?....hmmm kalian jalan ke kiri, lampu merah belok kanan....baiklah...oke” dokter menutup percakapannya, dan mengembalikan kaca mata nya ke petter.
“teman-teman mu ingin melihat kondisi mu, sebentar lagi ia sampai. Oh iya kenalkan ini anak saya, nama nya citra. Tahun depan ia baru bisa masuk ke west wood” petter dan gadis cilik itu berjabat tangan
“nah sekarang kamu certakan, kenapa kamu tak mau saya memberitahu pihak sekolah” petter berfikir keras, haruskah ia menceritakan semua nya. Ia tak mau orang asing seperti ini tahu hal ini. Ia befikir terus tiba-tiba saja terdengar suara ketukan pintu.
“ah ada tamu, tolong di bukakan cit” dokter denny orang nya lembut, tetapi petter tak bisa langsung mempercayai orang yang baru di kenal nya. Tiba-tiba dari arah pintu petter melihat joe dan rey menghampiri nya. Mata rey berkaca kaca, joe dan rey langsung memeluk petter.
“bodoh, kenapa kau tak bilang kepada kami kalau kau sedang tak enak badan. Kalau kau kenapa-napa bagaimana ? kami mencemaskan mu” rey memukul-mukul lengan petter dengan lembut. “kau ini, tau tidak, kami menunggu mu dengan was-was, takut penjahat-penjahat itu menangkapmu......”
“tunggu.. pejahat ? maksud kalian ?” tanya dokter denny memotong kalimat joe, petter langsung memandang joe dengan tatapan ingin membunh. “ah , anu,...” joe kikuk sekali. “lalu apa hubungannya dengan kamu tak ingin saya menelpon pihak sekolah jika kau ada disini ?” tanya dokter itu penuh selidik.
“kalau kau tidak bicara terus terang, justru aku akan menelpon pihak sekolah kalau kau ada di sini” ancam dokter. “baiklah..” petter langsung berdiri dan mengambil tas nya. “teman-teman kita harus pergi dari sini... dokter, terimakasih untuk semuanya”

TO BE CONTINUED
(review please) 



3 komentar: