“a.aa..apa..
benda apa itu tadi ?” tanya joe. “ itu alat penyadap suara kau lupa ? sekarang
cek diri kalian siapa tahu ada penyadap yang lain.” Mereka sibuk mencari-cari
benda yang serupa dengan benda tadi.
“pasti
pak oskar yang meletakkan nya tadi. Ternyata memang dia pelakunya. Kita harus
menemukan buktinya. Kita pecah kan sandi nya.” Petter merasa kekecewaan yang
luar biasa. Guru yang ia banggakan, guru yang selalu menjadi panutannya
ternyata berhati jahat. 
“kau
sedang apa joe ?” tanya rey. Joe memang tampak sibuk sekali dengan laptop nya.
“aku tadi mengambil kaset rekaman CCTV. Semoga saja aku bisa mengembalikkan
bagian yang di hapus itu” jelasnya. 
“kerja
bagus joe” petter merasa agak baikkan walaupun kepalanya masih terasa sakit. Ia
pun mengambil kamera nya dan menulisnya di buku catatannya. Rey pun melakukan
hal yang sama. pelayan pun datang membawakan makanan mereka. Mereka langsung
segera menyantap makanan mereka
Setelah
kenyang, mereka melanjutkan pekerjaan mereka. “nah kalau begini kan aku bisa
kerja lebih baik lagi” celetuk joe, “dasar tukang makan” petter meninju pelan
lengan joe sambil tersenyum.
“aku
mau ke dokter dulu, kepala ku dari tadi sakit sekali.” Jelas petter.
“ah
? kau tak apa ? kami antar saja ya ?” rey menawarkan.
“tak
perlu, terimakasih. Kalian di sini saja teruskan penyelidikan. Gunakan kacamata
kalian. Aktif kan alat untuk berkomunikasi kita”petter langsung berlari ke arah
sepeda nya. Ia mencari dokter terdekat. Lama ia bersepeda, ia melihat arloji
nya ternyata sudah pukul 4 sore. 
“maaf
permisi,numpang tanya,di sini rumah dokter terdekat di mana ya ?” tanya petter
kepada salah seorang pejalan kaki di sana.”itu, setelah lampu merah belok
kanan.”kata wanita itu, wanita itu masih sangat muda,mungkin masih seumuran
dengan nya. Cantik sekali, rambutnya yang sedikit ikal di biarkannya terurai di
bahunya ,kulitnya putih,manis. 
“saya
bisa antar kan kalau kau mau” katanya manis. “oh tak perlu, nanti merepotkanmu,
aku pergi dulu ya. terimakasih” petter langsung melanjutkan perjalanannya.
Kepalanya begitu pusing. Benar saja, ketika ia berbelok di lampu merah ia
menemukan sebuah plang bertuliskan “dr. Denny julianta” ia pun menambah
kecepatan sepedanya. 
Ia
segera turun dari sepeda nya, dan mengetuk pintu rumah tersebut. Kepalanya
sakit bukan main, pandangan nya sudah mulai pudar. Tak lama kemudian muncullah
seorang pria, badannya atletik sekali, ia mengenakan kacamata.
Dokter
itu segera membantu petter untuk masuk ke rumah nya, petter sudah tak kuat lagi
berjalan. Dokter segera memeriksanya,”tekanan darah mu rendah sekali nak, kau
kurang istirahat, dan sepertinya banyak sekali yang kau fikirkan. Siapa nama mu
? dan rumah mu dimana ?” tanya dokter deny. “nama saya petter, petter smith.
Saya tinggal di asrama sekolah, west wood.” Petter menjawab dengan suara yang
begitu lemah nyaris bisikan.
“haa
? jadi kamu anak komisaris smith ? kapolri itu ?” petter hanya mengangguk,
dokter denny menyuntik nya, dan memberikannya beberapa jenis obat. Petter masih
belum sanggup untuk bergerak, ia masih duduk di sofa ruang keluarga dokter. 
Tak
lama kemudian pintu depan terketuk, dan masuklah seorang gadis manis, yang
ternyata petter temui di jalan tadi. “hey kamu, tak apa-apa?”tanya gadis itu.
Petter tak kuat untuk berbicara sehingga ia hanya menggelengkan kepala nya
tanda kalau dia tak kenapa-napa. Detik berikutnya dokter deny muncul dengan
membawa segelas coklat hangat.  Petter
mengambil kaca mata nya dan menekan sedikit di bagian gagang nya sehingga
keluar alat yang bisa ia gunaka untuk menghubungi teman-temannya.
Ia
menekan tombol 2 dan 3 dia pun langsung berbicara ketika mendengar suara joe
dan rey “aku di rumah dokter denny, tak usah cemas, mungkin aku kembali sedikit
lama” jawab nya dengan suara yang di buat sebiasa mungkin. “kamu tak apa-apa
kan ?” terdengar suara joe yang begitu cemas. “aku tak apa-apa, kalian tak
perlu cemas, sudah dulu ya” petter menyudahi percakapan itu, karena ia sudah
tak kuat lagi berbicara dengan nada seperti itu, sakit sekali kelapanya.
“kamu,
kenapa memaksakan diri untuk berbicara dengan nada setenang itu ?” tanya gadis
itu. “kerana mereka teman-teman ku, aku tak mau membeuat mereka cemas” jawab
petter sambil melepaskan kacamata nya dan memasukkan kembali ke tas nya 
“seberharga
itukah teman-teman mu ?” tanya gadis itu lagi. “ia, mereka lebih berharga dari
apapun, dan aku percaya mereka sampai sisa hidup ku” jawab petter mantap dengan
suara yang lemah.
“kau
mirip sekali dengan ayah mu nak. Aku dan dia berteman baik di sekolah, ya
bersama oskar dan thomas.” Mendengar nama itu di sebut kepalanya kembali sakit,
ia sampai bergulung-gulung di sofa sambil memegang kepalanya.
“ada
apa ? kamu kenapa ?” dokter deny menyuntik petter lagi, dan seketika pusing nya
tak begitu sakit lagi, petter begitu lemah, ia tak bisa duduk lagi. Dokter
denny membawanya ke kamar tamu “kamu lebih baik bermalam di sini, aku akan
menelpon sekolah mu” dokter mengambil handphone nya. 
“jangan,
aku akan kembal ke sekolah” petter mencoba berdiri tapi sempoyongan dan jatuh
kembali. “tak usah memaksakan diri aku akan menelpon sekolah mu” katanya, “tak
perlu, demi apapun jangan pernah menelpon pihak sekolah, aku akan menghubungi
ke dua sahabat ku. Saat ini aku lebih percaya mereka dari pada pihak sekolah,
tolong, mengertilah.” Petter memohon. “baiklah, tapi kau harus menceritakan
semua nya”
 petter terpaksa mengangguk, ia tak punya
pilihan lain. Petter menyerahkan kaca matanya ke dokter untuk menghubungi ke
dua temannya. “hallo, maaf dengan dokter denny di sini....hhmmm iya petter
baik-baik saja, tetapi ia harus di rawat di sini, mungkin malam ini petter tak
akan kembali ke kastil.... oh begitu ? baiklah posisi kalian di mana ?....hmmm
kalian jalan ke kiri, lampu merah belok kanan....baiklah...oke” dokter menutup
percakapannya, dan mengembalikan kaca mata nya ke petter.
“teman-teman
mu ingin melihat kondisi mu, sebentar lagi ia sampai. Oh iya kenalkan ini anak saya,
nama nya citra. Tahun depan ia baru bisa masuk ke west wood” petter dan gadis
cilik itu berjabat tangan
“nah
sekarang kamu certakan, kenapa kamu tak mau saya memberitahu pihak sekolah”
petter berfikir keras, haruskah ia menceritakan semua nya. Ia tak mau orang
asing seperti ini tahu hal ini. Ia befikir terus tiba-tiba saja terdengar suara
ketukan pintu.
“ah
ada tamu, tolong di bukakan cit” dokter denny orang nya lembut, tetapi petter
tak bisa langsung mempercayai orang yang baru di kenal nya. Tiba-tiba dari arah
pintu petter melihat joe dan rey menghampiri nya. Mata rey berkaca kaca, joe
dan rey langsung memeluk petter.
“bodoh,
kenapa kau tak bilang kepada kami kalau kau sedang tak enak badan. Kalau kau
kenapa-napa bagaimana ? kami mencemaskan mu” rey memukul-mukul lengan petter
dengan lembut. “kau ini, tau tidak, kami menunggu mu dengan was-was, takut
penjahat-penjahat itu menangkapmu......”
“tunggu..
pejahat ? maksud kalian ?” tanya dokter denny memotong kalimat joe, petter
langsung memandang joe dengan tatapan ingin membunh. “ah , anu,...” joe kikuk
sekali. “lalu apa hubungannya dengan kamu tak ingin saya menelpon pihak sekolah
jika kau ada disini ?” tanya dokter itu penuh selidik.
“kalau
kau tidak bicara terus terang, justru aku akan menelpon pihak sekolah kalau kau
ada di sini” ancam dokter. “baiklah..” petter langsung berdiri dan mengambil
tas nya. “teman-teman kita harus pergi dari sini... dokter, terimakasih untuk
semuanya”
TO BE CONTINUED
(review please) 

 
 
 
 
 
 
lanjut !! :)
ReplyDeletepenasaran nih sama ceritanya, cepet di post ya capter berikutnya (Y)
ReplyDeletethanks :))
ReplyDelete