Mereka
langsung menuju perpustakaan, ketika mereka tiba ternyata perpustakaan begitu
sepi, hanya ada seorang penjaga saja di sana. “maaf bu rose, saya ingin
bertanya sesuatu” petter memberanikan diri untuk berbicara. Bu rose adalah
penjaga perpus, orang nya sangat galak. “iya,ada apa ?” tanya nya sambil
membuka lembaran-lembaran kertas sebuah buku yang besar. “boleh saya tahu anda
datang ke sini pada pukul berapa ?” tanya petter hati-hati, yang lain siap
untuk menulis.
“7.15”
jawab nya ketus.
“apakah
pintu ini di kunci ?”
“di
kunci, dan di buka pukul 6.30 pagi oleh hugo, tetapi ruang baca aku sendiri
yang memegang kuncinya.”
“apakah
ada orang lain yang memiliki kunci itu ?”
“tentu
saja, kepala sekolah mempunyai kunci duplikat nya, bahkan tak hanya ruang ini,
ia mempunyai hampir semua kunci di sini” katanya, dan segera pergi ke ruang
baca untuk menata buku-buku di sana. Petter dan yang lain menyudahi saja
percakapan itu. Mereka berjalan ke arah
ruang baca dimana saksi melihat kepala korban terseret di ruang baca.
Petter
mencari-cari sesuatu yang mencurigakan tetapi tak ada apa-apa, joe dan rey
mengecek kamera CCTV. petter melihat-lihat kondisi barang-barang yang ada di
sana, tetapi tak ada yang ganjil, ia ke arah pintu, melihat-lihat engsel dan
lubang kunci tetapi tak ada kerusakan. “ah, seperti nya aku tahu pelakunya,
tapi aku belum yakin, dan apa motif nya ?” petter berfikir keras tetapi hasil
nya nihil.
Ia
duduk di salah satu bangku, ada sebuah buku di mejanya dalam ke adaan terbuka.
Ia melihat-lihat isinya kalau-kalau ada sesuatu, tapi tak ada apa-apa. Ia
mengambil buku itu untuk di kembalikan. Tetapi ternyata di meja yang di tutupi
buku itu terdapat sebuah tulisan.
P2a2l2a1q4
a2a1m2q5p2a2p2
petter
membuka tas nya dan mengambil kacamatanya, di potret nya gambar tersebut. Ia
melihat rak-rak buku yang ada di sana, tetapi tak ada yang mencurigakan lagi.
Ia pun keluar untuk menunggu hasil penyelidikan ke dua sahabat nya.
“hey
petter, menemukan sesuatu ?” tanya rey, mereka keluar dengan tampang yang
ruwet. “iya, bagaimana dengan mu ?” tanya nya balik. “nihil, rekaman ketika
kejadian sengaja di hapus” jawab joe kesal. “tunggu, kau menemukan sesuatu ?
apa ?” tanya rey.
“ini..”
petter menunjukkan foto tulisan yang di meja itu.
“lebih
baik kita ke markas saja” usul rey.
“jangan,
lebih baik kita ke asrama saja, kali ini kita tidak bisa mempercayai siapa pun”
petter langsung berjalan ke asrama nya, ia berharap orang yang di curigai nya
tidak benar sedikit pun.
“maksud mu apa ?” tanya joe. joe dan rey
berjalan setengah berlari supaya tidak tertinggal petter yang jalannya begitu
cepat.
“Jangan
bicara apapun dulu di sini !” Nada bicara petter begitu dingin sehingga mampu
membuat joe dan rey terdiam seketika. Mereka terus berjalan. “ehm petter maaf,
ini sudah lebih dari jam makan siang. Bisa kita makan dulu ?” tanya joe gugup
takut membuat petter marah lagi.
Petter
melihat arloji nya, ternyata sudah pukul 1 siang, mereka terlambat 1jam untuk
makan siang, “maaf kan aku, baik kita ke aula sekarang. Tapi ku rasa sudah
tidak ada makanan lagi, bagaimana kalau kita ke kota saja ? kalian masih bisa
menahan lapar kan ? 30 menit lagi ?” petter cemas dengan keadaan ke dua sahabat
nya itu, tetapi ia juga mencemaskan kalau-kalau si penculik akan berniat jahat
padanya dan ke dua sahabatnya.
“oh
baiklah tak masalah” jawab joe. “kalian bawa semua perlengkapan detective nya
?” tanya petter lagi. Mereka menganggukkan kepala. Mereka pun berjalan ke arah
gudang sepeda. Mereka tak membutuhkan waktu lama untuk mencari sepeda mereka,
karena mereka sudah menandai sepeda mereka.
“kalian
akan pergi kemana ?” petter langsung memasang kuda-kuda siap tempur,ternyata
pemilik suara itu adalah pak oskar. “ke kota” jawab petter. Ia langsung naik ke
sepeda nya dan melesat. Ke dua teman nya saling memandang. Mereka mengucapkan
permisi dulu ke pak oskar dan langsung melesat mengejar petter.
Kepala
petter begitu penat, ia merasakan pusing yang luar biasa, ia menghentikan
sepedanya dan memijit-mijit kepalanya. Detik berikutnya joe dan rey sampai di
tempat petter “kau tak apa-apa ?” tanya joe yang melihat keadaan petter yang
tak karuan, mukanya begtu pucat. Petter hanya menggelengkan kepalanya, mereka
pun melanjutkan perjalanan.
Ketika
sudah sampai kota hujan rintik-rintik mulai turun. Mereka mencari restoran
terdekat. Sampai lah mereka di sebuah restoran sebelum hujan turun dengan
derasnya.
“ah
untung saja kita sudah sampai sebelum hujan nya deras” kata joe sambil
mengeluarkan laptop nya. “kau kenapa ?” tanya rey kepada petter. Petter hendak
menjawab tetapi pelayan datang untuk menanyakan pesanan mereka.
Setelah
pelayan itu pergi petter melanjutkan. “aku tak yakin, tetapi ku rasa penculik
itu pak oskar atau pak thom..” rey dan joe langsung menoleh kaget. “tidak,dia tidak akan melakukan itu, ya ..untuk apa ?” kata rey ."astaga kau pikir semua guru suci atau apa ?" tukas joe. "iya baiklah, apa alasan mu ?" tanya rey “mudah saja, kalian tahu kan pintu yang ada di
ruang baca ? tak ada bekas congkelan sama sekali. Selain itu kata bu rose tadi
pintu di buka sekitar pukul 6.30, sedangkan beliau berangkat pukul 7.15. logika
nya berarti ruangan baca mulai terbuka pukul 7.15. tetapi aku mendengar
teriakan minta tolong pukul 6.15, dan pasti sam pergi ke perpustakaan sebelum
pukul 6.15, apa kalian tak ada yang merasa ganjil ?” petter memijit-mijit
kepalanya yang sakit.
“oh
iya ya, lagi pula kata bu rose tadi, kepala sekolah pasti memegang kunci semua
ruangan. Tapi apa motif nya ? dan kita belum bisa menemukan bukti-bukti itu”
kata rey. Petter memandang berkeliling, dan matanya tertuju pada tas joe yang
ada di atas meja. ia melihat sebuah benda kecil berkilat di timpa sinar lampu,benda
itu menempel di situ.
“tunggu,
jangan bicara lagi” petter berbicara dengan nada tinggi. Ia mengambil benda
kecil itu dan berbicara dengan benda itu. “apa kau tak mempercayai murid mu
sendiri ?” petter keluar dan langsung membuang benda itu.
TO BE CONTINUED
(review please)

lanjut :D
ReplyDelete