Pagi
berikutnya tak begitu cerah, sedikit mendung, angin berhembus begitu kencang.
Petter bangun dengan enggan. Ia begitu malas untuk bangun, tetapi matanya tak
bisa terpejam lagi, ia melihat jam di meja nya, ternyata sudah pukul 5.30. ia
bangun dan segera ke kamar mandi. Selesai mandi ternyata teman-temannya masih
belum ada yang bangun.
Ia
mengambil secarik kertas dan mulai menulis pesan untuk joe agar tak perlu
khawatir.
Dear joe.
Aku sedang keluar, aku akan pergi
ke taman, tetapi jika kau melihat pesan ini ketika pukul 7, maka aku sudah ada di aula untuk
makan pagi
Petter smith
Petter memakai rompi, yang ia lapsi dengan sweeter
kemudian ia mengenakan jas nya. Tapi rasa nya masi dingin saja. Ia bergegas
untuk pergi ke taman, sepanjang perjalanan ia tak melihat siapa-siapa, ketika
melewati aula dari dalam terdengar kelontangan, sepertinya para pekerja dapur
sedang mempersiapkan makan pagi.
Ternyata di luar lebih dingin di
bandingkan di dalam. Petter berjalan-jalan di sekitar taman, ia melihat
kelinci-kelinci sidah mulai berlarian. Ia menangkap satu dan di dekap nya erat di
dadanya, kelinci putih itu tak meronta sama sekali.
“kau
lucu sekali” kata petter sambil mengelus-elus bulu kelinci yang lembut dan
putih bersih itu. Petter melihat arloji nya, masih pukul 6.15. ia memutuskan
untuk pergi ke markas. Ketika ia berjalan ia mendengar seseorang berteriak. Tetapi
ketika ia memasang telinga nya lagi ternyata ia hanya mendengar suara angin
yang mendesir. Ah hanya suara angin. Fikir petter.
Ia
melanjutkan perjalanan ke markas, ia masih mendekap kelincinya di dadanya.
Tiba-tiba ia mendengar suara orang bertriak untuk kedua kalianya. Ia berjalan
setengah berlari ke sumber suara, ia masih belum terlalu yakin dengan suara itu
tetapi ia mendengarnya lebih dari sekali petter berfikir mungkin saja ada
seseorang yang membutuhkan pertolongan segera, ia tetap melanjutkan langkah
nya, di depannya tumbuh semak-semak yang tinggi, sebelah semak-semak itu adalah
perpustakaan sekolah. ia terus berjalan untuk menembus semak-semak itu. “sedang
apa kamu ?” terdengar sebuah suara yang berat dari sampingnya.
Petter
kaget bukan main, ia tak berani menoleh, ia berdoa dalam hati. dan ketika
menoleh hatinya lega karena pemilik suara itu adalah Pak Thom. “oh Pak Saya
mendengar orang berteriak dari arah sini, apa anda melihat sesuatu mungkin ?”
tanya petter hati-hati.
“tidak,
mungkin yang kamu dengar hanyalah suara angin saja, sebaiknya kamu masuk ke
kastil di sini terlalu dingin” Pak Thom berlalu. Petter pun berbalik arah dan
pergi dari tempat itu. Ia pergi ke aula untuk makan pagi. Ia masih memikirkan
suara yang ia dengar tadi, sepertinya ia mengenal suara itu, tetapi ia menepis
fikiran nya itu, “ Pak Thom tak mendengar apapun tadi jadi aku tak perlu
memikirkannya”. Fikirnnya.
Ia
melanjutkan perjalanan, dan ketika sampai di aula, ternyata aula dipenuhi
dengan desas desus di culiknya salah satu murid kelas satu. Petter bertanya
kepada salah satu anak yang ada di sana. “ada apa ini ?” tanya nya ke salah
satu murid perempuan di depannya. Anak nya kecil, tinggi nya se bahu petter,
rambutnya hitam,panjang dan keriting di biarkannya di urai. “eh anu,itu...
hmmm” gadis itu bukannya menjawab pertanyaan petter malah memandangi wajah nya,
ke dua teman gadis itu pun melakukan hal yang sama. petter yang risih di
pandangi seperti itu mengucapkan terima kasih dan meninggalkan mereka.
Ia
mencari-cari orang yang di kenal nya saja untuk di tanyai, karena sudah 10
orang yang ia temui ketika di tanya malah memandang nya seperti melihat
pangeran dari suatu kerajaan. Ia duduk di meja dekat jendela, ia memakan
makanannya, tak lama kemudian joe dan rey datang.
“pagi
petter” sapa joe dan rey, mereka duduk di kanan kiri petter. “ah pagi juga, ini
ada apa sebenarnya ?” petter langsung ke inti persoalan. “kau tak bertanya ke
anak-anak lain ?”
“ah
percuma, mereka hanya bengong ketika aku menanyai mereka” petter mulai kesal
lagi. Joe dan rey langsung tertawa keras. “haha kamu tak pernah sadar ? banyak
sekali penggemar mu di sekolah ini, kalau pujaan hati mereka tiba-tiba
berbicara pada mereka, berani taruhan mereka pasti tak akan pernah bisa tidur
malam ini hahaha” joe meledek nya.
“sudah-sudah,
aku tak mau mendengar ledekan kalian, aku hanya ingin tahu apa yang terjadi ?”
petter bertanya dengan kesal.
“jadi
begini, tadi pagi sam pergi ke perpustakaan, ia meninggalkan catatan di mejanya
“aku sedang di perpustakaan” tetapi ketika vian mencari nya ke perpustakaan ia
melihat ujung kepala sam terseret, sepertinya kaki nya ada yang menyeret, vian
langsung berlari ke asrama untuk meminta pertolongan, langsung saja berita ini
menyebar.” Jelas joe.
“perpustakaan
? ketika aku jalan-jalan hendak pergi ke markas aku mendengar seseorang
berteriak dari perpustakaan, aku ke arah perpustakaan tetapi Pak Oskar
memergoki ku, aku bilang kalau aku mendengar seseorang berteriak, tetapi beliau
bilang tak mendengar apapun dan menyuruh ku untuk pergi ke kastil.” Petter
menjelaskan semua yang ia alami tadi pagi.
“ah
? Pak Thom berada di sekitar TKP tetapi tak mendengar apa-apa, pasti beliau
berbohong. Mungkinkah ini ada sangkut paut nya ?” kata joe. “ ah tapi tak
mungkin seorang guru menculik murid nya sendiri, apa motif nya ?” rey
mengeluarkan buku catatannya.
“tak ada yang tak mungkin, seorang guru membunuh
murid nya sendiri saja sudah banyak terjadi di negeri ini, apa lagi hanya
menculik, aku yakin Pak Thom ada sangkut pautnya.” Joe dan rey terus berdebat
mengenai itu. Petter berfikir kemungkinan-kemungkinan yang terjadi. Pagi ini
mereka meminta izin untuk tidak mengikuti pelajaran pertama mereka akan
menyelidiki kasus ini.
TO BE CONTINUED
(review please)

0 komentar
Post a Comment