Thursday, April 4, 2013

Club Detective School (last part)


“orang itu sedikit aneh ya ?”
“hush jangan gitu, nanti dia tersinggung” kata petter. mereka pun kembali menikmati makanan mereka.  “kalian sedang membicarakan apa ?”tanya rey yang datang dengan membawa tiga gelas air putih dan meletakkannya di meja. “itu ada orang baru datang, dia begitu aneh” jawab joe, rey segera duduk dan melihat ke seseorang yang sedang mereka bicarakan.
petter merasa ada yang tidak beres dari pria aneh itu. Sepertinya ia sedang mengawasi seseorang dari kafetaria ini. joe pun juga merasakan hal yang sama. Sedangkan rey tak mau ambil pusing.
“kita main ke rumah dokter denny yuk setelah ini” usul petter. “ah ide bagus” jawab joe dan rey kompak, mereka sangat enggan untuk kembali ke sekolah, karena di sekolah begitu suntuk.
Setelah selesai makan mereka pun segera bergegas mengambil sepeda mereka dan menuju rumah dokter denny. “hallo dokter”kata mereka berbarengan ketika sudah sampai di depan rumah dokter denny,”hallo” kata dokter denny, dokter denny sedang menyirami bunga di halaman rumahnya.
“ada apa ?tumben sekali” dokter denny meletakkan selang airnya. “yuk silahkan masuk dulu” tawar dokter denny. Mereka semua pun masuk. “kami kebetulan sedang ke kota jadi sengaja kami mampir ke rumah dokter karna malas kembali kesekolah” jelas petter. “oh begitu. sebentar,Kalian mau minum apa ?coklat hangat mungkin ?”tawar dokter denny. “oh boleh” kata mereka kompak.
Mereka semua berbincang-bincang dengan serunya, coklat hangat di cuaca yang dingin memang sangat cocok untuk menemeni perbincangan mereka.
Sudah pukul 5 sore, mereka pun kembali ke sekolah mereka. Mereka tak ingin ketinggalan makan malam. Mereka bersepeda santai, jarak dari sekolah mereka ke tempat ini tak begitu jauh, mereka hanya membutuhkan waktu setengah jam saja dengan bersepeda.
Sesampainya di sekolah mereka langsung menuju ke asrama untuk mandi. Setelah selesai Mereka pun berjalan ke arah ruang makan, dari jauh sudah tercium kentang goreng yang membuat siapa saja tertarik untuk segera menyantapnya. Sesampainya di sana ternyata sudah ramai sekali. Mereka memilih tempat di dekat jendela. Ternyata menu malam ini adalah kentang goreng dan daging asap. Cukup mengugah selera mereka, mereka sampai menambah masing-masing 2 porsi. Nasi goreng yang mereka makan pagi+ayam panggang di rumah dokter denny tadi ternyata tak cukup mengganjal perut mereka.
Sebelum mereka meninggalkan ruang makan mereka mengisi plastik mereka dengan kentang goreng, kentang rebus dan mengisi botol mereka dengan lemon tea. Kemudian mereka menyembunyikanya di samping badan mereka,bersyukur tak ada yang memperhatikan mereka. mereka berjalan menuju taman sekolah.
Tamaan sekolah begitu indah pada malam hari. Lampu taman bersinar terang. Sayang sekali langit tertutup awan sehingga mereka tidak bisa melihat bintang-bintang. “ah di sini terlu dingin kita masuk aja yuk, ke markas aja bagaimana ?” joe mengusulkan. Petter dan rey pun mengiyakan.karena memang mereka merasa kedinginan karna hanya mengenakan kaos tanpa jaket atau sweater.
Mereka pun mengeluarkan bungkusan masing-masing. “aku masih penasaran dengan orang aneh yang kita temui tadi sore” joe melahap kentang rebusnya. “iya sama, kurasa dia tidak cocok mengenakan baju itu untuk pergi ke sebuah kafetaria . lebih cocok untuk pergi ke restoran berbintang.” Ujar rey sambil memakan kentang goreng dengan lahap nya.
“ntah lah mungkin hanya kebetulan saja, seperti yang sudah kita lihat. Hampir semua restoran kan penuh sesak” petter berpendapat
“iya, kita harus positif thinking saja lah. Oh iya apa rencana kita besok ?”
“ke kafetaria itu lagi saja bagaimana ?”kata petter yang langsung di setujui oleh rey dan joe.
Tak terasa sudah jam 9 malam, jam 9 malam murid-murid wajib sudah berada di asrama nya. Mereka pun bergegas pergi ke asrama
Keesokan paginya begitu cerah, hari sepertinya membalas hari kemarin yang begitu suram. Hari ini matahari bersinar terang, rumput hijau masih di selimuti embun pagi, burung-burung berkicau dengan merdunya. Bunga-bunga bermekaran.
Setelah mereka selesai makan pagi, mereka pun segera bergegas ke gudang sepeda. Mereka akan ke kafetaria dengan mengendarai sepeda mereka. Mereka tidak mau menggunakan angkutan umum, bukan kerena apa-apa, tapi menurut mereka lebih sehat mengendarai sepeda dari pada harus naik angkutan umum,selain itu juga untuk mengendarai sepeda tak perlu mengeluarkan ongkos sama sekali. Jadi mereka bisa menabung untuk keperluan yang lebih penting lainnya.
Mereka menyusuri kota dengan bersepeda santai, tak hanya mereka saja yang bersepada, kebanyakan penduduk di sini pun lebih suka mengendarai sepeda dan berjalan kaki ketimbang mengendarai mobil atau pun sepeda motor, sehingga tak banyak kenderaan mobil di sini membuat kota ini bebas dari macat yang panjang.
Tak membutuhkan waktu yang lama, 30 menit kemudian mereka pun sampai ke kafetaria yang terletak di taman kota. Setelah sampai mereka langsung menuju tempat yang paling nyaman, yaitu dekat kaca jendela. Karena dari situ mereka bisa melihat hilir mudik orang-orang yang melintasi tempat itu. Selain itu mereka juga bisa leluasa melihat sepeda mereka kalau-kalau ada orang yang berniat jahat.
“mau pesan apa kau ?” tanya petter.
“aku es krim coklat” kata joe dengan bersemangat.
“aku juga” kata rey
 “kami memesan 3 es krim coklat” kata petter kepada pelayan. Setelah mencatat pesanan mereka pelayan itu pergi dengan senyum yang merekah di bibir nya.
“aku sudah tak sabar menunggu waktu liburan” kata joe bersemangat.
“ini sudah termasuk liburan kan” kata rey, memang menjelang pembagian rapor ini tidak ada kegiatan yang berarti di sekolah, termasuk club detective mereka yang sudah mulai libur. Tak lama kemudian pelayan pun datang dengan membawakan pesanan mereka. “terimakasih” kata petter,rey dan joe bersamaan. Pelayan itu tersenyum dan pergi.
            “aku masih penasaran denga pria yang kita temui kemarin di sini” kata petter memulai percakapan, ia memang sangat penasaran bahkan semalam pun ia sempat memikirka orang itu.
“iya sama. aku juga, sangat penasaran dengan orang itu. Tahukah kamu. Orang itu ada di sini lagi. Di tempat nya yang kemarin” kata rey sambil memandang ke arah pojok ruangan itu. Petter dan joe langsung menengok. Dan ternyata benar, orang itu ada lagi di sana. “ah,dia pasti sedang mengawasi sesuatu dari balik kaca matanya itu” kata petter penuh selidik.
. Orang itu mengenakan kaos berwarna biru tua, dengan celana jean’s berwarna hitam,dan mengenakan kacamata berwarna hitam pula.
“sebenarnya apa sih yang dia awasi ? dia agak mencurigakan” kata joe sedikit berbisik agar tak ada orang yang mendengar percakapan mereka.
“ntah lah, bagaimana jika kita mengawasi nya saja dari sini” usulan dari joe langsung di setujui oleh petter.
Pria tersebut sedang membaca koran nya, tetapi matanya sekali-kali tampak mengintip ke arah kaca di depannya. Pria tersebut pun berdiri dan menuju pintu untuk keluar dari kafe tersebut. “eh, dia pergi, ayo kita ikuti” kata petter memimpin. Mereka pun langsung keluar dari kafe tersebut setelah membayar makanan mereka.
Mereka langsung mengambil sepeda mereka dan mengikuti pria tersebut. Pria tersebut berjalan ke arah taman dengan mengenakan tas kerjanya yang ia pegang di tangan kiri, ternyata cara berjalannya menandakan kakinya sedang tak sehat, mungkin saja sedang terkilir.
Petter,rey dan joe tetap mengawasi pria tersebut,tiba-tiba ada seseorang yang berlari dan menjambret tas pria tersebut, ketika pria tersebut hendak berlari ia terjatuh karena masalah dengan kaki nya. petter yang langsung tersadar pria tersebut membutuh kan bantuan langsung menyandarkan sepedanya dan berlari mengejar penjambret itu. “eh petter mau kemana ?”
“mengejar penjambret itu, kau tolong pria itu saja” petter bertriak sambil terus berlari.
joe dan rey menurut saja. Mereka langsung menghampiri pria tersebut. “mari pak saya bantu” kata joe ramah. “tas saya....tolong... di jambret.... berkas-berkas penting semua di sana” kata  pria tersebut terbata-bata. “tenang dulu pak,ayo kita susul saja, penjahat itu sedang di kejar petter , teman saya” kata joe sambil membantu pria tersebut berjalan menyusul petter dan penjambret itu.
Ketika joe dan rey tiba ke tempat petter dan penjambret itu berada, mereka terkejut sekali, mereka melihat petter sedang menghantamkan tinju nya dan berhasil mengenai telak di wajah penjambret itu, penjambret tersebut tak mau kalah dia pun menghantamkan tinju nya ke perut petter tetapi petter berhasil mengindar dengan baik, petter dengan gesit menangkap lengan lawan nya dan memelintir sekuat tenaga
Penjambret tersebut berteriak kesakitan, petter memborgol ke dua tangan penjambret tersebut ketika penjambret tersebut jatuh dan tergeletak di rumput sambil mengerang-erang. petter mempunyai borgol, tak hanya petter, tetapi semua anggota club detective memang di lengkapi dengan borgol , bermanfaat jika sedang mengalami kejadian seperti ini. petter dengan gesit mengikat kaki penjambret tersebut dengan tali yang memang selalu ia bawa dan selalu di selipkan di pinggangnya setelah ikat pinggang nya tentu saja.
“hey joe, jangan bengong terus, cepat telpon polisi untuk menangkap jambret ini” kata petter sambil duduk di depan jambret itu. “ah, i..iya” joe segera berlari mencari pos polisi terdekat.
“keren sekali kau tadi saat menghajar habis pria ini, wah ternyata kau benar-benar jago bela diri, ini ke dua kalinya aku melihat mu menghabisi penjahat seperti ini ” puji rey. “ah biasa saja” kata nya tersenyum, tapi matanya tetap menyelidik ke arah pencopet itu.
“wah terimakasih sekali nak” kata pemilik tas tersebut. “tas ini berisi dokumen-dokumen yang sangat penting” kata orang tersebut menambahkan.
“ah iya sama-sama pak, ini memang sudah tugas kami” kata petter. “kalau tak ada kalian ntah bagaimana nasib ku saat ini” kata pria tersebut duduk sambil menunggu polisi datang. “oh iya, nama kalian siapa ?” tanya orang tersebut.
“saya petter...”
“saya rey....”
“dan yang tadi memanggil polisi bernama joe” tambah petter.
Mereka berjabat tangan dengan pria tersebut. “ah , saya julian” kata pria tersebut mengenalkan diri. “oh iya, bapak sering terlihat di kafetaria itu ?” kata rey menunjuk kafe yang di singgahi oleh nya dan ke dua sahabatnya tadi. “oh tentu, kafetaria itu milik saya” katanya sambil tersenyum dan memijit-mijit pergelangan kakinya. “ini terkilir kemarin ketika saya bermain futsal” pria itu menjelaskan karena petter dan rey  memperhatikan kakinya.
“jadi dokuman-dokumen yang ada di tas bapak ini merupakan data penting dari kafe bapak ?” pria tersebut menganggukkan kepalanya.
Tak lama kemudian datanglah sebuah mobil polisi, joe dan dua orang polisi keluar dari mobil itu. “oh ternyata memang kau lagi petter ? di mana penjahatnya ?” tanya salah satu polisi tersebut. petter menunjuk penjahat tersebut. “wah, mereka pasti korban aksi karate mu lagi hahah” kata polisi yang satu nya sambil melepas ikatan pada kaki penjambret tersebut agar penjembret tersebut bisa berjalan sendiri
 “ini tali nya, borgol nya di pinjam dulu ya,oh ya. Lama tak terlihat petter ? kemana saja ?” tanya polisi tersebut sambil mencoba membantu penjambret tersebut unuk berdiri.
“iya, terlalu sibuk di sekolah” jawab nya.
“wah,pantas saja”
“eh,iya” jawab nya singkat.
 “oke, terimakasih petter dan ehm....”
“joe dan rey..”petter menambahkan. “ah iya joe dan rey, karena kalian sudah berhasil menangkap penjambret ini, penjambret ini cukup meresahkan orang-orang yang bermain ke taman ini.” Kedua polisi tersebut meninggalkan mereka semua dengan senyum merekah.
“itu polisi-polisi yang dulu membantu kita ya ?” joe mengingat kembali kejadian pada saat mereka menyelamatkan rey dari para preman.
“iya,seperti nya memang tugas mereka untuk hal seperti ini” jawab petter.
“oh pantas saja” kata joe senang sekali mulai di kenal oleh beberapa polisi karena membantu polisi.
 “wah-wah, sebagai ucapan terimakasih, jika kalian berkunjung ke kafe saya. Kalian bisa memesan nya dengan gratis” pria tersebut tersenyum lebar. “ah tak usah repot-repot pak, nanti bapak bisa bangkrut, pesanan kami biasa nya dalam jumlah besar” kata joe tertawa. “ah tak masalah, ini tak ada apa-apa nya jika di bandingkan dengan dengan bantuan kalian. Jika kalian tak menyelamatkan tas saya, saya bisa gulung tikar, karena bisa saja orang tadi menjual berkas-berkas ini” kata orang itu tampak khawatir. “jangan sungkan-sungkan untuk mampir ya ? kafe selalu terbuka lebar untuk kalian. Oh iya, maaf sekali, saya harus pergi ke bank untuk menyimpan berkas-berkas ini. Sekali lagi terimakasi” kata pria tersebut sambil meneruskan perjalanannya tadi yang sempat tertunda.
“wah kita ternyata sudah berprasangka buruk” kata petter, mereka masih berada di taman dan duduk-duduk santai di sana. “iya, aku tak enak hati, apa lagi kita mendapat kan hadiah makan gratis di kafe nya setiap kita berkunjung” joe melentangkan tangannya di udara, berusaha untuk membuang beban yang ada di hatinya saat ini, ia merasa sangat tak enak hati terhadap pria tadi.
“kau benar-benar anak karate, hebat sekali jurus-jurus mu itu,aku juga ingin belajar, supaya bisa membela diri” kata joe
“ah tak usah berlebihan, aku memang anak karate tetapi belum sehebat itu.bisa saja,di sekolah kan ada club karate” Kata petter. ia sebenarnya seorang atlet karate, ia sudah memegang ban coklat, dan sudah sering mengikuti berbagai macam turnamen, bahkan ia sering sekali mewakili provinsi ke tingkat nasional..
“seperti itu tak hebat ? tak usah merendah diri, jurus-jurus mu tadi keren, kau bisa melumpuhkan lawan mu hanya dengan dua serangan saja” joe sampai berdiri dari duduk nya karena begitu bersemangatnya.
“tunggu dulu ?bagaimana kau tau ada club karate ?”rey agak bingung, ia memang benar-benar pasif untuk masalah ekskul, ia bahkan tak mengikuti apa pun kecuali club detective sama halnya seperti joe.
“aku mengikutinya” petter tersenyum.
“astaga, berapa club yang kau ikuti ?” tanya joe
“musik, karate, basket, futsal, fotografer dan detective tentunya.”
“astaga !!! aku satu pun juga tidak” petter langsung tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi wajah joe dan rey.
Ke esokan paginya, matahari bersinar dengan cerahnya, langit biru tak berawan. Hari pembagian rapor tiba. Mereka semua pergi ke luar kastil untuk menunggu orang tua mereka. Petter, joe, dan rey menunggu orang tua mereka di gerbang. Harap-harap cemas, takut orang tua mereka tak bisa datang.
“ eh, itu.. itu seperti nya ayah mu petter ? iya itu tu” joe menunjuk ke arah seseorang, mirip sekali dengan petter, pasti ketika muda sangat tampan seperti petter. Sebelahnya seorang wanita yang cantik yang merupakan ibu petter.
“ah iya, itu mereka” petter melambaikan tangannya, ayah dan ibu nya pun menghampiri nya. “petter, apa kabar mu nak ?” tanya ayah nya sambil menjabat tangannya. “aku baik sekali ayah” petter tersenyum, ibunya segera memeluknya dan mencum ke dua pipi nya. “ibu begitu mencemaskanmu ketika kau sakit. Kau tak apa-apa ?” tanya ibu nya.
“tak apa bu, aku hanya terlalu lelah saat itu” kata petter menjelaskan. Tiba-tiba pak oskar datang, langsung berjabat tangan dengan ayah dan ibu petter, mereka asyik sekali mengobrol. “ayah dan ibu ke aula duluan ya” ayah dan ibu petter langsung di giring oleh pak oskar menuju aula.
“ayah mu begitu gagah dan tampan dan seperti nya pintar sekali seperti nya tak jauh berbeda dengan mu” kata joe kagum. “ah biasa saja” petter tak mau menyombong, tapi sebenarnya ia sangat bangga dengan ayah nya, bukan karena ia seorang kapolri, tetapi karena ayah nya adalah pria yang bertanggung jawab. Ia merasa dirinya paling beruntung memiliki ayah seperti itu.
“itu ayah dan ibu ku” triak joe, petter melihat ke arah yang di tunjuk joe. Ayah nya berkulit coklat, berkacamata, badannya pun gagah. Sebelahnya ibu nya, ibunya cantik berkulit putih, rambutnya sedikit ikal. Ayah dan ibu joe segera menghampiri.
“bagaimana kabar mu ? kau benar-benar masuk club detective sekolah ini ?” tanya ayah nya tak percaya. “tentu saja” joe mengeluarkan ID nya. Ayah dan ibu nya begitu bangga melihatnya. “kau hebat sekali nak” ayah nya mengacak-acak rambut joe.
“tentu.. oh iya yah ini petter.. anak kapolri itu yah.. yang ini rey.mereka berdua sahabat-sahabat ku” joe terlihat begitu bangga memiliki sahabat seperti petter dan rey. “oh jadi ini mereka ? joe sering sekali bercerita tentang kalian” kata ayah joe.
“orang tua kalian sudah datang ?” tanya ayah joe pada petter dan rey. “ayah dan ibu ku sudah, mereka di aula” jawab petter. “ayah dan ibu ku belum datang.” Rey terlihat cemas sekali. “ah mungkin saja sedang terjebak macet, ya sudah ayah dan ibu ke aula duluan ya” kata ayah joe. Mereka menunggu lagi. Begitu lama, sampai-sampai mereka berfikir ayah dan ibu rey tak datang.
Rey terlihat begitu sedih, matanya sudah berkaca-kaca. “tenang rey, mungkin benar kata ayah ku,mereka terjebak macet” joe menenangkan rey yang sudah mulai meneteskan air matanya. Tak lama kemudian ada sebuah sedan putih melintas. “ahhh itu ayah dan ibu ku” teriak rey, ia langsung berlari ke arah mobil itu. Ternyata memang ayah dan ibunya.
Acara pembagian rapor di mulai. Sambutan-sambutan dari kepala sekolah, bahkan ayah petter pun juga memberikan sambutan. Pengumuman di mulai. Petter memperoleh juara umum di angkatannya, rey di peringkat 2 dan joe di peringkat 5. Untuk peringkat kelas petter peringkat satu, rey peringkat 2, dan joe peringkat 3. Mereka bertiga sama-sama masuk di IPA, bahkan mereka bertiga sekelas.
“wah smester ini begitu menyenangkan ya” kata petter yang mendapat respon setuju dari kedua sahabatnya, “aku tak sabar untuk segera memulai smester dua” kata rey. “iya, kau yakin tak ikut dengan kami rey ?” tanya joe. “tidak bisa, aku sudah berjanji untuk berlibur keluar kota dengan kedua orang tua ku” kata rey menyesal. “baiklah sampai ketemu di smester dua nanti”kata petter. “iyaaa !!” jawab joe dan rey bersemangat.

TAMAT

0 komentar

Post a Comment